Lihat ke Halaman Asli

IKM Tanggulangin Bangkit Kembali sebagai Raksasa Industri Kulit Indonesia

Diperbarui: 16 November 2018   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Salah satu aspek ekonomi yang menunjang perekonomian nasional ialah  Industri kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Industri  diartikan sebagai kegiatan memproses atau mengolah barang dengan  menggunakan sarana dan peralatan. Selain itu juga menurut Undang-Undang  Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, mengartikan industri sebagai  seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau  memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa  industri. 

Ekonomi kreatif sendiri mencakup empat buah modal yaitu sosial  budaya, manusia, strukturan, dan kreativitas yang dapat mengembangkan  keunikan suatu negara bermodalkan keanekaragaman budaya. Laporan PBB  menunjukan bahwa ekonomi kreatif berada pada sektor paling dinamis di  dalam perekonomian dunia dan menawarkan kesempatan pertumbuhan yang  pesat di negara-negara berkembang.

Saat ini, kondisi ekonomi  kreatif di Indonesia berada pada kisaran 7 persen dengan nilai 641.8  triliun. Jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor ini sendiri adalah  11.5 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1%. 

Dengan modal  220 juta orang, belum termasuk penduduk usia produktif yang berada di  era bonus demografi, masih banyak potensi dari peluang bidang industri  ekonomi kreatif yang dapat dimaksimalkan. Dari berbagai industri  terdapat tiga industri besar yang menyerap tenaga kerja yang besar,  yakni pakaian dan tekstil, makanan dan minuman, serta furniture.

Namun  industri tersebut memiliki presentase sumbangan terhadap PDB yang minim  bila dibandingkan dengan presentase industri migas yang mencapai 0,25%  dari PDB atau 2.5x lipat presentase dari ketiga industri yang menyerap  banyak sumber daya tersebut. 

Industri di bidang kulit juga menjadi  sebuah hal yang turut dipertimbangkan, melihat Indonesia merupakan  negara ketiga penghasil kerajian kulit terbesar di dunia. Cukup penting  untuk memperhatikan kondisi industri ini dalam tatanan perekonomian  nasional. Salah satunya dengan melakukan revitasilasi industri dibidang  kerajinan salah satu pilar penting dalam mendongkrak industri kreatif nasional.

Latar belakang IKM Tanggulangin

Kehadiran  Industri Kecil  Menengah (IKM) di Tanggulangin dahulu menjadi primadona  belanja yang menjadi objek paling ramai ketika wisatawan lokal maupun  mancanegara berkunjung ke Jawa Timur. 

Kerajian yang dihasilkan berbagai  macam jenis yang berasal dari olahan kulit dari tas, koper, dompet, alas  kaki, sepatu, jaket, ikat pinggang dan produk lainya. Waktu puncak  keramaian yakni saat tahun 2000-an, setelah itu sentra Tanggulangin  mengalami sebuah kondisi yang meredup secara perlahan dan hampir  mengalami kematian dalam proses produksi kerajian yang ada. 

Semenjak  kemunculan becana lumpur lapindo,IKM Tanggulangin merangkak dari awal  untuk melakukan segala cara agar proses produksi kerajian kulit agar  hidup melalui proses produksi. 

Para pengrajin melakukan dengan berbagai  cara yakni mengikuti arus teknologi yang semakin maju salah satunya  dengan jualan online. Namun, proses penjualan secara online tidak  seramai ketika saat berada di sentra toko. Karena secara kualitas  sendiri kerajian yang ada di IKM Tanggulangin tidak diragukan lagi, akan  tetapi proses branding yang kurang mengakibatkan hasil kerajian kurang  ramai pembeli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline