Salah satu aspek ekonomi yang menunjang perekonomian nasional ialah Industri kreatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Industri diartikan sebagai kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Selain itu juga menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, mengartikan industri sebagai seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
Ekonomi kreatif sendiri mencakup empat buah modal yaitu sosial budaya, manusia, strukturan, dan kreativitas yang dapat mengembangkan keunikan suatu negara bermodalkan keanekaragaman budaya. Laporan PBB menunjukan bahwa ekonomi kreatif berada pada sektor paling dinamis di dalam perekonomian dunia dan menawarkan kesempatan pertumbuhan yang pesat di negara-negara berkembang.
Saat ini, kondisi ekonomi kreatif di Indonesia berada pada kisaran 7 persen dengan nilai 641.8 triliun. Jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor ini sendiri adalah 11.5 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1%.
Dengan modal 220 juta orang, belum termasuk penduduk usia produktif yang berada di era bonus demografi, masih banyak potensi dari peluang bidang industri ekonomi kreatif yang dapat dimaksimalkan. Dari berbagai industri terdapat tiga industri besar yang menyerap tenaga kerja yang besar, yakni pakaian dan tekstil, makanan dan minuman, serta furniture.
Namun industri tersebut memiliki presentase sumbangan terhadap PDB yang minim bila dibandingkan dengan presentase industri migas yang mencapai 0,25% dari PDB atau 2.5x lipat presentase dari ketiga industri yang menyerap banyak sumber daya tersebut.
Industri di bidang kulit juga menjadi sebuah hal yang turut dipertimbangkan, melihat Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kerajian kulit terbesar di dunia. Cukup penting untuk memperhatikan kondisi industri ini dalam tatanan perekonomian nasional. Salah satunya dengan melakukan revitasilasi industri dibidang kerajinan salah satu pilar penting dalam mendongkrak industri kreatif nasional.
Latar belakang IKM Tanggulangin
Kehadiran Industri Kecil Menengah (IKM) di Tanggulangin dahulu menjadi primadona belanja yang menjadi objek paling ramai ketika wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke Jawa Timur.
Kerajian yang dihasilkan berbagai macam jenis yang berasal dari olahan kulit dari tas, koper, dompet, alas kaki, sepatu, jaket, ikat pinggang dan produk lainya. Waktu puncak keramaian yakni saat tahun 2000-an, setelah itu sentra Tanggulangin mengalami sebuah kondisi yang meredup secara perlahan dan hampir mengalami kematian dalam proses produksi kerajian yang ada.
Semenjak kemunculan becana lumpur lapindo,IKM Tanggulangin merangkak dari awal untuk melakukan segala cara agar proses produksi kerajian kulit agar hidup melalui proses produksi.
Para pengrajin melakukan dengan berbagai cara yakni mengikuti arus teknologi yang semakin maju salah satunya dengan jualan online. Namun, proses penjualan secara online tidak seramai ketika saat berada di sentra toko. Karena secara kualitas sendiri kerajian yang ada di IKM Tanggulangin tidak diragukan lagi, akan tetapi proses branding yang kurang mengakibatkan hasil kerajian kurang ramai pembeli.