Peserta didik di tingkat SMK dituntut agar memiliki keterampilan dan kecakapan baik hard skill maupun soft skill yang nantinya akan dipakai untuk bekal ketika mencari pekerjaan, apabila kurangnya rasa percaya diri pada peserta didik tidak sejak awal segera di entaskan maka itu dapat menghambat peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam memasuki dunia kerja.
Pada umumnya disekolah masalah kepercayaan diri adalah kejadian yang muncul dimana seseorang tidak memiliki pandangan yang positif tentang dirinya, dan merasa bahwa dirinya tidak terlihat baik, tidak bisa melakukan pekerjaannya sebaik orang lain, dan yang hasilnya tidak sesuai dengan yang didapatkannya. Terdapat beberapa pemicu yang dapat mengakibatkan timbulnya tidak percaya diri diantaranya: fisik yang tidak sempurna, tidak mampu melibatkan diri dalam situasi baru, tidak memiliki pandangan yang positif serta tidak memiliki keinginan untuk maju.
Kurangnya rasa percaya diri banyak dialami oleh peserta didik SMK Negeri 1 Wonogiri, Hasil observasi dan angket SMK Negeri 1 Wonogiri banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik merasa kurang percaya diri. antara lain : faktor fisik, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, ekonomi keluarga, kemampuan berfikir peserta didik dibawah rata-rata, pemilihan jurusan yang tidak sesuai, kurangnya pengetahuan, terlalu memikirkan omongan orang lain, dll.
Guru BK dalam hal ini dapat membantu dengan memberikan berbagai layanan dan model pembelajaran inovatif terhadap peserta didik. Khususnya layanan konseling kelompok sebagai sarana pemahaman bagi peserta didik sebagai remaja yang sering kali mengalami masalah dalam kepercayaan diri dengan menggunakan pendekatan realita melalui teknik WDEP. Dimana guru BK akan membantu peserta didik dalam mengatasi masalah kepercayaan diri melalui layanan konseling kelompok, dimana layanan konseling kelompok merupakan suatu layanan yang dapat di upayakan menangani permasalahan ini dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna meningkatkan kepercayaan diri peserta didik tersebut dengan mendiskusikan permasalahan anggotanya dengan pendekatan realita melalui teknik WDEP.
Wibowo (2005:33) konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara sadar, perasaan-perasaan, dan perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu khususnya dalam meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.
Melalui konseling kelompok, peserta didik mempunyai percaya diri rendah diharapkan menjadi percaya diri dan mampu membuat keputusan yang baik, mencapai jati diri dan menjadi bisa mengaktualisasi diri ke arah positif. Jadi tujuan layanan konseling kelompok yang diberikan adalah supaya anggota kelompok dapat saling memberikan masukan, saran, solusi untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan dapat mengambil kesimpulan sendiri dengan pendampingan Guru BK untuk menyampaikan rencana perubahan tingkah laku dengan mencapai perilaku baru yang diinginkan serta lebih bertanggungjawab bagi pencapaian kebutuhannya.
Pemberian layanan Konseling kelompok dengan pendekatan realita teknik WDEP untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik perlu dibagikan karena setelah dilaksanakan layanan tersebut efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta didik di SMK Negeri 1 Wonogiri. Sehingga harapannya hal tersebut bisa diterapkan oleh guru BK yang lain maupun sekolah lain sebagai salah satu referensi untuk mengatasi permasalahan tentang cara meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.
Peran saya selaku Guru BK sekaligus menjadi Pemimpin kelompok dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan realita teknik WDEP, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu mengentaskan permasalahan anggota kelompok melalui kegiatan layanan berupa konseling kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Selain itu hal yang terpenting dalam layanan yang dilakukan adalah menjaga rahasia yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok, agar anggota kelompok merasa dilindungi dan merasa terbantu dengan adanya guru BK untuk mengentaskan permasalahan yang dialaminya, tentunya tidak berhenti disitu saja perlu juga adanya tindak lanjut setelah pemberian layanan bisa melalui observasi, ataupun wawancara, jika diperlukan juga bisa dilaksanakan dengan melakukan konseling individu agar guru BK bisa memastikan permasalahan tersebut sudah terentaskan.
Tantangan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan pada pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan realita teknik WDEP antara lain : Guru BK/Pemimpin kelompok dituntut untuk menguasai tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan realita agar proses konseling kelompok berjalan sesuai dengan harapan, selain itu kemampuan berkomunikasi pemimpin kelompok juga harus baik agar siswa terlibat aktif dan bisa memotivasi AK untuk saling memberikan alternatif solusi terkait permaslahan yang dibahas, AK yang belum pernah mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok sehingga PK harus menjelaskan secara detail terkait pengertian, tujuan, asas, serta pelaksanaan konseling kelompok itu sendiri, ruang konseling kelompok yang belum ada sehingga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan konseling kelompok.
Kegiatan konseling kelompok ini melibatkan 6 anak kelas XI OTKP 1 SMK Negeri 1 Wonogiri yang mengalami permasalahan rendahnya rasa percaya diri, dan dilaksanakan di ruang laboratorium karena kendala ruang Bk untuk pelaksanaan KKP kurang maksimal, untuk pelaksanaan dilaboratorium harus ijin pada kepala laboratorium karena proses konseling kelompok dilaksanakan dilaboratorium akuntansi, Kepala Sekolah yang sudah memberikan motivasi dan dukungan untuk melaksanakan praktik layanan konseling kelompok.
Langkah – langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang dialami pada saat pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pendekatan realita teknik WDEP yaitu membiasakan melaksanakan layanan konseling kelompok baik dengan pendekatan realita maupun pendekatan yang lain agar proses konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar dan peserta didik juga lebih paham terkait proses pelaksanaan konseling kelompok, serta kemampuan berkomunikasi siswa lebih maksimal untuk membawa anggota kelompok berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang dibahas, untuk masalah tempat pelaksanaan bisa menggunakan ruangan-ruangan yang tertutup dan cukup luas agar anggota kelompok merasa nyaman untuk menyampaikan permasalahan yang sedang dialaminya, serta mengupayakan diadakannya ruangan khusus untuk pelaksanaan layanan konseling kelompok kepada kepala sekolah selaku pimpinan.