Sastra pada perkembangannya mempengaruhi sekaligus merupakan cermin suatu kondisi pada periode karya itu dibuat. Tidak dapat dipungkiri jika dalam suatu karya sastra mempunyai gaya bahasa yang lain dan dapat dibilang unik pada setiap periode. Dapat dilihat dari karya sastra yang ditulis pada masa perjuangan kemerdekaan yang penuh semangat menggebu dengan masa reformasi yang lebih banyak bermunculan penulis muda dan berbeda sama sekali dalam segi gaya bahasa.
Hal ini diperkuat pengertian Sapardi Djoko Damono yang berpendapat bahwa, "Sastra adalah sebuah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Selain itu sastra juga menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia dan kehidupan tersebut adalah suatu kenyataan sosial." Perkembangan sastra tidak dapat dipisahkan dari pribadi penulis dan pembaca yang kini dapat lebih dekat. Berbanding lurus dengan perkembangan teknologi dan penyebaran informasi yang jauh lebih mudah dan terbuka.
Seni sastra, dapat diartikan sebagai seni dalam berbahasa yang mempunyai fungsi keindahan. Walaupun bisa kita bandingkan konsumsi masyarakat dalam membaca literasi masih minim di tengah teknologi yang mengutamakan hiburan yang dapat lebih mudah diterima. Disamping penyebaran karya sastra melalui teknologi dan informasi yang semakin mudah diakses, dampak dari teknologi ini juga semakin membuat minat baca dan menulis masyarakat juga menurun. Koran akan semakin jarang dibaca, berita akan lebih mudah melihatnya di televisi, dan hiburan akan lebih menyenangkan jika dilihat secara visual atau di filmkan.
Upaya yang dilakukan dalam menyiasati semakin berkurangnya minat baca dan menulis sastra salah satunya melalui pendekatan di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Pendekatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan minat di kalangan generasi muda dan mencari bakat untuk dikembangkan manjadi sesuatu yang berguna di masa depan terutama di bidang sastra ini.
Sebagai salah satu cabang seni di Indonesia, seni sastra berperan penting dalam pembentukan karakter manusia Indonesia agar bisa lebih berpikir kritis dalam menanggapi gejolak globalisasi yang tidak stabil di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H