Keberhasilan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari yang namanya gaya belajar. Seperti yang kita ketahui, masing-masing dari kita mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor fisik, faktor emosional, faktor sosiologis, dan faktor lingkungan.
Dengan adanya gaya belajar anak yang berbeda-beda tak elak menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik. Sebab, suatu metode bisa saja cocok dengan suatu gaya belajar namun bisa juga kurang efektif jika diterapkan pada anak dengan gaya belajar yang lain. Dalam hal ini kebijakan pendidikan pun turut berpengaruh di dalamnya.
Sebagai contoh ketika terjadi pandemi covid 19 pemerintah mencetuskan program pembelajaran dengan metode daring. Semua tenaga pendidik diharuskan menggunakan media elektronik dalam menyampaikan materinya.
Metode seperti ini mungkin sah-sah saja jika diterapkan pada anak dengan gaya belajar visual, namun jika diterapkan pada anak dengan gaya belajar aktif yang suka berinteraksi dengan orang lain mungkin malah kan membuatnya bosan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu kendala pendidikan yang timbul pada masa pandemi. Jika sudah seperti itu lantas apa yang bisa kita lakukan? Ya, mengubah gaya belajar.
Mengubah cara belajar memang tidak mudah, sebab gaya belajar terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar pada diri kita. Namun terkadang hal ini perlu untuk dilakukan melihat berbagai permasalahan yang ada. Bahkan alangkah baiknya jika kita mampu menerapkan lebih dari 1 gaya belajar agar bisa lebih fleksibel dan hasil belajar bisa lebih memuaskan.
Selain itu, peran tenaga pendidik dalam menyampaikan materi juga perlu untuk diperhatikan agar penyampaian materi bisa merata meskipun peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H