Studi yang didanai oleh UNICEF dan dilaksanakan pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengungkap hubungan signifikan antara tren topik yang sedang marak di media sosial dengan kemampuan berbahasa santun pelajar di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja memiliki pengetahuan tentang internet, dengan 79,5 persen di antaranya aktif sebagai pengguna internet.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewabroto, menyatakan bahwa temuan ini berasal dari kesimpulan utama hasil penelusuran aktivitas online pada sampel anak dan remaja berusia 10-19 tahun. Sebanyak 400 responden tersebar di seluruh wilayah perkotaan dan pedesaan, memperkuat representasi hasil penelitian ini. Dalam konteks ini, perhatian khusus diberikan pada aspek kemampuan berbahasa santun dalam interaksi online.
Temuan ini menciptakan landasan penting dalam pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana media sosial memengaruhi perkembangan yang terdapat pada bahasa dan etika komunikasi di kalangan pelajar. Pemerintah dalam lembaga terkait diharapkan dapat menggunakan data ini sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan pendidikan dalam sosial yang mendukung pengembangan kemampuan berbahasa santun di era digital ini.
Dalam analisis lebih lanjut, terungkap bahwa tren topik di media sosial sering kali mencakup bahasa dan konten yang kurang sesuai, menimbulkan potensi dampak negatif pada kemampuan berbahasa santun dalam pelajar. Meskipun sebagian besar anak-anak dan remaja terpapar dengan internet, tantangan muncul dalam mengelola interaksi online yang menghormati norma-norma etika. Hal ini menyoroti perlunya pendidikan digital yang lebih efektif untuk membekali generasi muda dengan keterampilan dalam berkomunikasi secara positif di dunia maya.
Gatot S Dewabroto menekankan bahwa pentingnya peran orang tua dan pendidik dalam membimbing anak-anak dan remaja dalam menggunakan media sosial secara bijak. "Kami mengajak orang tua dan pendidik untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang adanya etika berkomunikasi di dunia digital kepada generasi muda. Dengan begitu, mereka dapat menjadi pengguna internet yang cerdas dan bertanggung jawab," kata Dewabroto. Pendidikan ini tidak hanya mencakup aspek teknis penggunaan internet, tetapi juga menekankan pentingnya menjaga bahasa dan perilaku santun dalam setiap interaksi online.
Sementara pemerintah terus mengembangkan kebijakan untuk mengawasi dan mengelola lingkungan digital, peran aktif masyarakat juga dianggap sangat penting. Komunitas online dan offline diharapkan dapat saling mendukung dalam menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan bahasa santun di kalangan pelajar. Dengan membangun kesadaran bersama akan dampak media sosial, diharapkan masyarakat Indonesia dapat bersama-sama menciptakan lingkungan daring yang mempromosikan komunikasi yang positif dan membangun karakter anak-anak dan remaja untuk masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H