Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Mengajar Penulis

Diperbarui: 24 Mei 2023   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamu'alaikum wr wb.

         Sebelumnya perkenalkan saya Nur Cahaya, seorang guru di kabupaten Penajam Paser Utara. Awal mula saya mengajar tahun 2013 di Madrasah Aliyah Negeri yang ada di kecamatan babulu. Masih satu kabupaten namun jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah sekitar 30 km. 

Saya berangkat sekitar pukul 06.45 sampai pukul 07.30, butuh waktu kurang lebih 45 menit. Status saya mengajar masih tenaga honorer dengan gaji hitungan perjam. Kendaraan yang saya pakai motor. Waktu terus berlalu, hujan panas saya tembus demi mencerdaskan anak bangsa. Tepat di tahun ke-4 mengajar saya merasakan lelah, bukan karena lelah mengajar namun saya merasa lelah di perjalanan yang mana 60 km harus saya tempuh setiap harinya. Saya mengajukan resign dengan kepala sekolah dengan alasan yang ada dan alhamdulillah disetujui.

           Setelah resign, saya tidak langsung mengajar, butuh waktu hampir setahun saya istirahat di rumah. Setelah waktu istirahat sukup, saya sempat mencari kerja kembali, pernah ikut cpns namun belum lulus. Pernah mencoba daftar menjadi Kasi di kantor desa, namun belum rejeki. Akhirnya ada teman mengajak saya untuk mengajar di Sekolah Menengah Islam Terpadu. Perlu pembaca ketahui, saya mengajar matematika. Banyak sekali perbedaan saya mengajar di MA dan SMP, mulai dari materinya, karakteristik anak didiknya, lingkungan sekolahnya pun juga berbeda. Saya merasa nyaman mengajar di sekolah ini , jarak tempuh ke sekolah dekat hanya butuh 15 menit saja untuk sampai sekolah.

           Setelah 3 tahun berjalan saya memutuskan untuk mengikuti tes PPPK. Alhamdulillah rejeki saya baru di tahun itu. Namun, jenjang sekolah yang saya ambil bukan di MA, atau SMP namun di SD, ini pengalaman baru lagi buat saya mengajar anak SD. Saya merasa anak MA dan SMP ini memiliki pemikiran yang hampir sama, namun untuk anak SD ini saya belum mengerti karakteristik mereka. Ini tantangan bagi saya untuk terus belajar dan terus belajar. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline