Pada tahun 2019 kemarin, Jember diramaikan dengan adanya kontroversi proyek Jembatan Semanggi. Kontroversi ini terjadi, pasalnya jembatan yang berada di Jalan Bengawan Solo tersebut menghabiskan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD Jember hingga mencapai Rp4,4 milliar untuk proses renovasinya. Permasalahan ini makin ramai karena banyak masyarakat yang menilai jika proyek renovasi Jembatan Semanggi tersebut dinilai terlalu berlebihan.
Jembatan Semanggi sendiri merupakan jembatan penghubung yang berada di dekat pusat kota Jember. Jembatan ini termasuk jembatan yang cukup ikonik di Jember karena bentuknya yang melingkar mengikuti kontur jalan yang ada. Jembatan yang sudah ada sejak tahun 80-an ini mengalami renovasi, yang mana membuat tampilannya semakin menarik.
Pada area masuk Jembatan Semanggi diberi ornamen berupa garis-garis abstrak yang melintang di atas jembatan dan membentuk sebuah terowongan, dimana ornamen-ornamen tersebut menyita banyak perhatian masyarakat yang lewat disana.
Pasalnya ornamen-ornamen tersebut dihias dengan lampu warna-warni yang dapat berubah warna, sehingga apabila melewati jembatan tersebut saat malam hari akan terasa berada di terowongan yang cantik. Tidak hanya itu saja, pada bagian tengah jembatan yang mana terdapat bukit kecil, ikut dihias dengan adanya landmark yang bertuliskan Semanggi serta beberapa kursi taman dan hiasan.
Pun juga di bawah jembatan yang turut dicat ulang sehingga tampak lebih rapi dengan warna yang mencolok. Jembatan Semanggi yang awalnya memiliki tampilan biasa saja layaknya jembatan pada umumnya, kini berganti wajah menjadi spot foto yang lebih berwarna. Hal ini terbukti dengan banyaknya antusiasme masyarakat yang berdatangan ke Jembatan Semanggi hanya untuk berfoto.
Renovasi Jembatan Semanggi mungkin bisa dikatakan menjadi salah satu proyek yang sukses menarik banyak atensi masyarakat. Namun, semuanya berubah menjadi mimpi buruk saat fakta yang ada adalah proyek tersebut menghabiskan biaya hingga Rp4,486 miliar.
Angka ini termasuk fantastis, karena renovasi tersebut dinilai tidak terlalu penting, mengingat alokasi dana hampir lima miliar tersebut akan menjadi sangat berguna apabila dialihkan untuk pembangunan jembatan yang layak di daerah-daerah rawan banjir ataupun desa pelosok.
Tidak hanya itu, dalam wawancara Ketua Komisi C DPRD Jember, David Handoko Seto, pada laman Radar Jember juga menyebutkan jika dana hampir lima miliar untuk proyek mempercantik Jembatan Semanggi ini sangat berlebihan.
Beliau juga mengatakan, jika pada rencana pembangunan jangka menengah daerah atau RPJMD Jember sebenarnya sudah ada alokasi dana sebesar lima miliar untuk jembatan. Namun, dana fantastis tersebut rencananya digunakan untuk proyek tiga jembatan bukan hanya untuk renovasi satu jembatan saja.
Kontroversi kasus renovasi Jembatan Semanggi ini pun semakin memanas saat banyak masyarakat Jember yang turut mengkritisi adanya proyek renovasi Jembatan Semanggi tersebut. Selain karena terlalu banyak dana yang digelontorkan hanya untuk sebuah jembatan, juga karena dengan adanya wajah baru Jembatan Semanggi tersebut membuat jalan disana menjadi tidak aman.
Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang ingin berfoto di jembatan ikonik tersebut berhenti di sisi kanan maupun kiri jalan. Ini mengakibatkan arus kendaraan yang ada menjadi sedikit teganggu. Banyaknya kendaraan bermotor yang berhenti di pinggir jalan juga dapat membahayakan, mengingat kontur dari Jembatan Semanggi ini berliku dan menaik.