Perkembangan kota dari tahun ke tahun semakin berkembang pesat, hal ini membuat makin majunya sebuah kota. Semakin maju sebuah kota, maka makin banyak pula aktivitas manusia yag dilakukan di dalamnya. Membuat sebuah kota makin ramai karena banyak wilayahnya yang dibangun fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan. Orang-orang pun mulai ramai berdatangan, menyebabkan munculnya permasalahan terkait sampah. Permasalahan sampah ini tentunya tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan aktivitas manusia, karena manusia adalah penyebab adanya sampah.
Sungai Bedadung merupakan salah satu sungai besar yang ada di Jember. Sungai yang membentang sejauh 161 kilometer ini dimanfaatkan masyarakat di sekitarnya untuk MCK, memancing, dan lain-lain. Di Sungai Bedadung ini sudah sering terdengar berita banjir. Siapa penyebabnya? Tentu saja karena sampah. Sudah menjadi rahasia umum jika Sungai Bedadung ini langganan banjir, apalagi saat musim hujan sudah menerjang, apalagi mengingat Sungai Bedadung merupakan salah satu sungai besar yang ada di Jember.
Tidak hanya karena sampah, penebangan hutan secara liar juga menjadi penyebab banjir. Seperti di daerah Desa Sucopangepok misalnya, yang mana desa ini berada di area hulu dari DAS Bedadung yang memiliki kemiringan yang cukup curam, memiliki resiko terjadinya erosi dan longsor akibat penebangan hutan dan alih guna lahan secara besar-besaran.
Untuk mengatasi permasalahan sampah ini, masyarakat dan pemerintah sudah secara aktif berusaha menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satu contohnya adalah dengan membersihkan sungai dari sampah-sampah yang ada. Mereka menemukan berbagai macam sampah, dari sampah rumah tangga hingga plastic-plastik. Yang mana sampah-sampah inilah yang menghambat jalannya air, sehingga saat hujan deras permukaan air sungai naik dan menyebabkan banjir. Selain itu, juga dilakukan penanaman kembali hutan dengan tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga dan air yang berlebihan jumlahnya dapat diserap oleh akar-akar pohon tersebut.
Selain itu, masyarakat dapat mengurangi jumlah sampah yang ada dengan melakukan 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce atau mengurangi adalah mengurangi penggunaan barang yang dapat merusak lingkungan. Hindari penggunaan seperti plastik, karena plastik ini memerlukan waktu lama untuk terurai dan sudah menjadi bencana nyata bagi kita. Saat ini, sudah banyak orang-orang kreatif yang menciptakan barang dengan memperhatikan kesejahteraan lingkungan. Mulai muncul penggunaan reusable cup, tumbler, sedotan kertas sekali pakai, alat makan yang terbuat dari bambu, dan lain-lain.
Selain itu, munculnya tren penggunaan barang-barang ini diikuti pula dengan penyajian yang tampak lucu dan trendy, membuat banyak masyarakat tertarik untuk membelinya. Mirip dengan reduce di atas, reuse menggunakan konsep penggunaan kembali brang-barang yang masih bisa dipakai. Hal ini dapat dilakukan misalnya jika kita habis berbelanja di supermarket dan mendapatkan kantong plastik, plastic tersebut dapat kita simpan dan digunakan saat ada keperluan lain.
Lalu recycle atau mendaur ulang, adalah dimana kita dapat memanfaatkan suatu barang agar dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang berharga. Contohnya misalnya saat kita memiliki sampah bekas bungkus detergen. Kita dapat memanfaatkan sampah yang awalnya tidak berguna tersebut menjadi pot bunga, alas meja, dan sebagainya. Hal ini dapat membantu dalam mengurangi jumlah sampah plastik yang ada.
Selain peran serta masyarakat, tentunya juga diperlukan peranan aktif dari pemerintah setempat. Pemerintah seharusnya dapat membuat peraturan yang ketat terhadap masyarakat nakal yang masih saja membuang sampah di sungai. Pemerintah setempat seharusnya dapat melakukan sanksi kepada orang-orang tersebut dan melakukan sosialisasi agar tidak ada lagi yang membuang sampah di sungai. Tidak hanya itu, masyarakat juga sudah seharusnya sadar jika membuang sampah di sungai ini sangat membahayakan, tidak hanya lingkungan mereka namun juga bagi seluruh masyarakat. Jadi, mari kita bersama-sama membuang sampah pada tempatnya, agar kelestarian bumi kita ini tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H