Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Kalimat itu adalah closing statement dari bapak H Budi Hermawan Kepala Cabang Dinas Pendidikan wilayah IV Jawa Barat dalam sambutan dan sekaligus nara sumber dalam workshop Gerakan Literasi Sekolah dan Fasilitasi Pembentukan Tim Literasi Sekolah . Yang bertempat di SMKN 1 Purwakarta di Babakan Cikao Purwakarta pada Rabu tanggal 15 Maret 2023.
Pentingnya penguatan tim literasi di sekolah karena saat ini tak bisa ditawar tawar lagi Indonesia bisa dikatakan krisis intelektual. Dalam asessmen literasi oleh PISA tahun 2019 Indonesia menunjukkan peringkat 62 dari 70 negara atau ranking 10 besar dari posisi bawah. PISA ini mengukur tingkat pemahaman literasi numerasi dari siswa secara acak setiap 3 tahun sekali. Berapa peringkat ditahun 2023 dan selanjutnya ? Entahlah apakah ada peningkatan atau tetap.
Peningkatan indeks literasi Indonesia, harus adanya program literasi yang terarah, kepedulian, pendampingan dan keterlibatan beberapa unsur sinergitas. Saat ini indeks membaca rakyat Indonesia 0,001 artinya setiap 1000 orang yang mempunyai minat baca hanya satu orang. Apakah ini tidak mengkhawatirkan ? Sementara pernah presiden Joko Widodo dalam pidato resminya mencanangkan Indonesia di tahun 2045 akan menjadi 4 negara besar di dunia setelah negara Cina, Amerika ,India dan Indonesia .
Tahun 2045 Indonesia akan menjadi Indonesia Emas. Karena 70 % diisi usia produktif dan 30% usia non produktik. Namun jika literasi Indonesia tidak sejeblok sekarang maka alih alih Indonesia Emas malah menjadi bencana demografi. Karena literasi adalah hal yang fundamental bagi sumber daya manusia unggul. Semakin literat maka semakin unggul sumber daya manusia.
Untuk mempersiapkan generasi unggul maka sinergitas antara komponen pemerintah selaku pemberi kebijakan, orang tua ( keluarga) sebagai pelaku dan pemantau siswa di rumah, lembaga dan sekolah termasuk guru dan siswa, TPLD (Tim Pendamping Literasi Daerah), dan masyarakat. Tidak kalah penting adanya monitoring, evaluasi, apresiasi ( reward ) serta wadah dan media untuk publikasi output literasi. Jika kegiatan dan output tidak dipublikasikan maka gerakan literasi tidak akan bernyawa.
Disdik Jabar akan memfasilitasi guru dan siswa dalam menghasilkan output literasi. Dengan diklat menulis, komunitas literasi, media publikasi dan media sosial. Supaya ada komunikasi jika dalam melaksanakan aksi literasi terdapat kendala di lapangan. Disdik Jabar selaku TPLD akan terus berkontribusi memberikan support dan terus berkomunikasi dengan para TLS ( Tim Literasi Sekolah ).
Untuk Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) diawali dengan dibentuk dan dibuatkan sk TLS ( Tim Literasi Sekola),dibuat program literasinya berupa kegiatan harian, mingguan,bulanan, tahunan. Bisa dengan kegiatan literasi yang dikolaborasikan dalam kegiatan baik intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Tidak kalah penting kepustakaan yang menyediakan bacaan siawa dan pojok baca.
Dukungan internal dan eksternal dalam hal memberikan apresiasi output literasi berupa karya dan kreativitas siswa. Misal literasi( reward) sehingga nanti ada student of the month / student of the year. Siswa yang berhak mendapatkan reward tersebut akan bangga mendapatkan apresiasi dan sebagai duta literasi bagi teman temannya. Tidak menutup kemungkinan siswa akan berlomba lomba dalam hal membaca, menulis,publikasi, inovasi dan kreativitas lainnya.
Sebagai pendidik maka hari ini detik ini tekadkan semua untuk meningkatkan literasi dimulai dari skala kecil dulu. Kemajuan bangsa ini adalah tanggung jawab kita bersama. Sebagai orang tua jadilah orang tua yang literat karena literasi dimulai dari keluarga . Sebagai guru jadilah guru yang literat untuk mengantarkan siswanya menjadi manusia unggul. Semuanya berawal dari literasi. Dengan membaca diharapkan kita menjadi literat, unggul dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H