Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Ulos dari Kebudayaan Suku Batak

Diperbarui: 6 Desember 2023   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: shutterstock, Kholida Qothrunnada

Jakarta - Setiap Negara di berbagai penjuru dunia pasti memiliki berbagai keberagaman yang berbeda-beda, salah satunya ialah Keberagaman Budaya. Budaya yang berbeda dapat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya, mulai dari Pengetahuan yang dipelajari, Kepercayaan yang dianut, Moral dan Hukum yang harus dipatuhi, serta Adat Istiadat yang berlaku.

Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga terdapat banyak Keberagaman termasuk Keberagaman Suku dan Ras. Salah satunya ialah Suku Batak yang berada di Pulau Sumatera, lebih tepatnya di Provinsi Sumatera Utara. Suku ini memiliki banyak sekali keunikan, misalnya Kebudayaan Ulos yang merupakan kain tenun hasil kerajinan berupa selendang dan menjadi tradisi dari suku Batak itu sendiri. Ulos digunakan untuk menghangatkan badan. Menurut Pemikiran Para Leluhur Batak, ada tiga sumber kehangatan untuk manusia, yakni Matahari, Api dan Ulos. Ulos dianggap memberi kenyamanan, menjaga badan, dan menimbulkan perasaan senang ketika mengenakannya. Ulos juga menjadi tanda hubungan kasih sayang antara orang tua dengan anaknya.

Nenek Moyang suku Batak pada awalnya tinggal di daerah dataran tinggi atau pegunungan dan biasa disebut sebagai “manusia – manusia gunung”. Hal tersebut membuat mereka harus bisa melawan cuaca dingin di atas gunung yang menusuk hingga ke tulang. Oleh karena itu mereka membuat tenunan berupa Ulos. Ulos awalnya dibuat ketika muncul permasalahan dimana mereka mulai sadar bahwa matahari tidak bisa dikendalikan atau diperintah oleh keinginan mereka. Karena dahulu orang Batak masih percaya pada Mulajadi Nabolon, bukan percaya kepada Tuhan.

Cuaca seringkali tidak bersahabat, misalnya ketika siang hari terasa panas tetapi pada malam hari cuaca akan menjadi sangat dingin, sehingga pilihan keduanya adalah menjadikan api untuk sumber menghangatkan diri. Hingga perkembangan zaman yang terus terjadi, para Nenek Moyang terus berpikir untuk mencari alternatif yang jauh lebih mudah dan dapat dipergunakan kapan saja, hingga lahirlah Ulos sebagai produk budaya sekaligus simbol Suku Batak yang dipergunakan untuk berbagai hal dalam segala aspek kehidupan.

Ulos terdiri dari berbagai jenis yang tentunya memiliki makna berbeda-beda, yakni:

  • Ulos Ragidup: Ulos ini sering disebut sebagai Ulos Nabalga yang berderajat tinggi. Ulos ini melambangkan Kehidupan. Oleh karena itu, setiap keluarga mempunyai Ulos ini agar memberikan kehidupan bagi keluarga, dan juga Ulos ini sering dipakai untuk acara perkawinan atau pernikahan Adat Batak.
  • Ulos Ragi Hotang: Ulos ini sering digunakan untuk mengubah sifat seseorang menjadi manusia yang bijaksana, orang yang tertimpa kemalangan, dan orang yang rajin bekerja. Ketika ada upacara kematian, Ulos ini digunakan untuk membungkus jenazah atau tulang (holi-holi) pada upacara penguburan.
  • Ulos Maratur: Ulos ini mempunyai banyak motif dan garis yang menggambarkan binatang-binatang yang tersusun sangat rapi. Ulos ini juga sering disebut sebagai “Ulos Parompa” yang berguna saat setelah anak pertama lahir dan akan menyusul lagi anak-anak yang lain seperti burung-burung yang tertera di motif Ulos Maratur.

Seiring dengan berkembangnya zaman, Ulos mulai dikenal oleh banyak masyarakat, baik Lokal maupun Internasional. Misalnya pada Pameran, Model, dan lain sebagainya. Para generasi penerus juga menjaga keutuhan warisan turun temurun dari para Leluhur dengan merayakan Pesta Ulos yang diperingati setiap tanggal 17 Oktober.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline