Lihat ke Halaman Asli

Rokhmah Nurhayati Suryaningsih

TERVERIFIKASI

Keep learning and never give up

Sinkronisasi Token

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya dapat sms dari Bank Mandiri yang menerangkan bahwa di Mandiri internet tidak ada menu untuk Sinkronisasi token. Pesan tersebut memberi peringatan kepada saya sebagai salah satu nasabah untuk berhati-hati dan waspada dengan kejahatan internet banking yang semakin berkembang saat ini. Pesan tersebut juga menekankan agar komputer saya bersih dari virus Trojan, Spyware dan Malware.

Saya memang perkembangan masalah Sinkronisasi token, yang terjadi pada Bank BCA pada awal mulanya. Konon pada waktu itu ada sekitar 43 nasabah yang terkena Sinkronisasi Token. Dan baru-baru ini yang menjadi korban adalah nasabah dari Bank Mandiri, yang berjumlah sekitar Rp 40 juta lenyap dari rekeningnya. Namun itu dinyatakan dari 1 nasabah saja dan kalau tidak salah nasabahnya berada di daerah Kudus (ups! lupa-lupa ingat, karena sudah beberapa hari yang lalu kejadiannya).

Tak lama kemudian dari pihak OJK juga mengakui telah terjadi kejahatan internet banking. Tapi jumlahnya bukan 130 M, melainkan 5 M yang mereka sebutkan. Itu informasi yang saya baca berulang-ulang. Karena waktu itu saya menganggap berita itu sebagai peringatan buat saya untuk berhati-hati, makanya saya tidak berusaha untuk menuliskannya.

Untuk itu, pesan secara umum terutama bagi mereka yang suka melakukan transaksi internet banking perlu meningkatkan kehati-hatian kalau ada pesan Sinkronisasi token ini untuk diabaikan saja atau dibatalkan transaksinya dan tutup web browsingnya. Seperti pesan sms tadi kita juga perlu memastikan  bahwa komputer kita bebas dari virus trojan, malware maupun spyware.

Saya sendiri pernah menjadi korban kejahatan di ATM dengan modus yang sudah ramai diberitakan yaitu menggunakan korek api yang dipasang pada mesin atm.Waktu itu saya belum pernah baca mengenai modus korek api dipasang di mesin ATM, sehingga saya tidak bisa mencegahnya.

Pada awalnya, ketika saya memasukkan kartu ATM untuk melakukan transaksi transfer, seolah-olah kartu ATM saya ditelan oleh mesinnya. Si pelaku kemudian datang tiba-tiba, karena melihat saya kebingungan dan berpura-pura memberikan bantuan. Saya yang merasa tak berdaya, tentu dengan senang hati menerima tawaran bantuan itu.

Ternyata malah saya kejebak, karena disana si pelaku berusaha menghipnotis, sehingga saya tak sadar mau melakukan apa yang diperintahkan. Padahal sebenarnya si pelaku pingin tahu PIN yang saya tekan itu. Bagaimana dia tidak tahu, karena berdirinya saja deket sekali dan saya disuruh memencet PIN itu berulang-ulang sampai 8x. Setelah itu pelaku mengulanginya lagi dan meminta saya untuk menyebutkannya.

Akhir cerita, uang yang ada di tabungan saya ludes, alias hanya tersisa saldo minimum saja. Saya berusaha lapor ke Bank setelah kejadian itu, berharap bisa mendapatkan ganti, walaupun membutuhkan waktu untuk proses penyelidikannya.

Namun kesimpulan yang saya terima justru saya yang disalahkan, karena telah memberikan PIN kepada orang lain. Padahal PIN itu seharusnya rahasia dan hanya saya saja yang tahu. Itu alasan dari customer servicenya setelah saya menunggu hampir 1 bulan.

Sekedar share saja dan semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline