[caption id="attachment_194874" align="aligncenter" width="491" caption="infertilitas (Doc: rieyawindari.wordpress.com)"][/caption] Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan Bang Ahmed mengenai Penulis on fire yang cukup menyedot banyak tanggapan. Dan mungkin inilah yang diharapkan oleh semua orang. Apalagi bagi pemula, kondisi seperti ini memang sangat diimpikan. Tapi sayangnya tidak semua orang mempunyai kesempatan seperti itu, melainkan harus bersakit-sakit dahulu, jatuh bangun berkali-kali bahkan sampai 999 kali mungkin baru bisa merasakan enaknya menjadi penulis on fire. Tulisan selengkapnya bisa dibaca disini. Itulah yang saya alami setiap harinya. Saya akui dan mungkin menyadari kalau saya sendiri tidak mandul, heheheh. Buktinya kalau saya menulis sms sangat lincah bahkan bisa panjang lebar. Tidak pernah saya menulis sms isinya pendek. Pasti saya habiskan paling tidak satu halaman penuh untuk menulis. Karena bagi saya tidak ada bedanya mau menulis pendek atau panjang, sama saja saya membayarnya. Makanya tidak ada gunanya kalau saya mengirim sms pendek atau bahkan sangat pendek. Tidak peduli topik apa yang saya tulis, tapi selalu sms saya mesti panjang. Dari situ saya bisa melihat kalau saya sebenarnya bisa menulis. Tapi anehnya kalau saya harus duduk di depan komputer, waduh kok seringnya buntu atau ada kelambatan dalam proses berpikirnya. Entahlah apa yang menjadi penyebabnya, tapi yang jelas ada proses yang namanya time lag. Kayak kebijakan pemerintah saja, perlu waktu untuk bisa efektif, hahhahaha. Saya pikir, ini hanya butuh waktu untuk terus berlatih dan berlatih sampai akhirnya mimpi pun tentang dunia tulis menulis. Kapankah itu?? Kalau sudah sampai taraf seperti ini, mungkin ide akan muncul dengan segera dan langsung tiak sabar lagi untuk terus dituliskannya. Yeah inilah impian yang saya nanti-nantikan sebenarnya. Duduk di comfort zone, terus bisa menulis. Tapi tak apalah, kalau kondisi tanaman saya sekarang masih belum subur. Karena saya menanamnya di tempat yang agak sedikit gersang dan kurangnya air. Maklum, tanahnya sudah banyak dipakai untuk buat mal, kompleks perumahan dan kondominium semua. Jadi tinggal tanah-tanah yang kurang subur dan tandus yang masih tersisa. Ditambah lagi irigasinya tidak lancar airya, karena selokan dipenuhi oleh sampah pikiran dimana-mana. Yeah pantas saja, ide tanaman tidak bisa tumbuh subur, makanya agak sedikit tersendat. Menunggu hujan turun khan juga tidak sabar. Mau tidak mau saya harus membersihkan sedikit-sedikit selokan yang kotor dengan sampah, agar air bisa pelan-pelan mengalir. Untungnya saya menamannya tidak jauh dari rumah, jadi bisa saya siram dengan air pelan-pelan. Sebenarnya, tanaman menulis saya bisa tumbuh tapi kerdil karena kekurangan air, hahahahha. Mungkin lama-lama akan tumbuh subur kalau saya rajin mengairi dan menyianginya. Begitulah kira-kira kondisi yang sebenarnya, daripada saya harus menunggu turunnya hujan terlalu lama. Musim kemarau lagi, hehehhe. Tapi kalau mandul, rasanya sih tidak, heheheh buat menyenangkan diri saja biar agak sedikit pede. Kalau iya, waduh saya harus cepat-cepat bawa ke dokter kandungan. Kayaknya lebih berat lagi tantangan saya dan akan lama saya harus menunggu bayi itu akan brojol. Prosentase keberhasilan memang tergantung bagaimana kondisi kita tentunya. Kalau sabar dalam berobat mungkin bisa berhasil. Tapi kalau sudah takut dengan vonis mandul terus jadi malas, yaah akhirnya mandul selamanya, hahahhaha. Betul tidak??? Semoga blog keroyokan ini bisa membuat penulis yang mandul untuk segera berobat ke dokter ahlinya dan yang kurang subur tidak segan-segan mengairinya sehingga semakin suburlah bibit yang sudah ditanam. Selamat berobat, semoga cepat sembuh dan muncul banyak sekali bayi-bayi yang diberojolkan dan kita semua dikaruniai banyak anak . Kira-kira bagaimana menurut Anda? Terima kasih dan Selamat Berkarya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H