[caption id="attachment_189951" align="aligncenter" width="454" caption="Amri Mahadhika Dhimasanti (Doc: Pribadi)"][/caption] Kawan, kenalkan anak saya, Amri Mahardhika Dhimasanti. Dia ikutan juga bergabung di Kompasiana. Dialah sebenarnya yang memacu saya untuk menulis, karena saya tahu dia punya bakat dalam dunia tulis menulis. Tapi sebagai seorang anak, dia masih suka bermain dibanding menulis. Makanya saya pacu dia untuk ikutan di Kompasiana, biar sedikit bisa diarahkan. Tulisan dia sebenarnya banyak juga di FB, mungkin nanti pelan-pelan dipindahkan ke Kompasiana, sehingga banyak yang membaca, karena anggotanya terbuka luas. Sementara di fb hanya teman-teman dia saja. Inilah akun dia di Kompasiana. Saya memanggilnya Amri. Silakan dikunjungi lapaknya dan dikomentari. Terima kasih sebelumnya http://www.kompasiana.com/Omgitsamri Karena pemahaman dia dalam Bahasa Indonesia belum begitu bagus, saya sarankan untuk menulis saja pakai Bahasa Inggris. Toh sama saja, yang penting menulis. Komunikasi dia dengan bahasa Indonesia sudah lancar, karena memang saya biarkan dia menggunakan bahasa Indonesia dengan teman-temannya, cuma sama ibunya dia harus memakai bahasa Inggris di rumah. Kenapa? karena saya tidak mau kecakapan atau ketrampilan dia dalam bahasa Inggris nya hilang, makanya saya paksa untuk tetap memakai selama di rumah atau berbicara dengan saya. Biar pun orang lain mengejek, saya tidak peduli, karena saya mempunyai tujuan yang jauh ke depan untuk dia. To be honest with you, his English is better than mine. Sering saya minta dia untuk mengoreksi kata-kata atau kalimat yang saya pakai, apabila saya mau mengirim atau menjawab sms dengan teman-teman dari luar negeri. Ini saya lakukan berdasar pengalaman saya dulu. Buat saya, untuk bisa berbicara pakai bahasa Inggris, saya tidak pernah berhenti kursus bahasa Inggris. Baik sewaktu saya masih di Kebumen (Jawa Tengah) untuk sekolah SMP dan SMA maupun sewaktu saya kuliah di Yogja. Saya ikutan kursus setiap ada kesempatan, karena saya tidak punya teman yang bisa dan mau diajak berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Mau tidak mau saya harus mengikuti kursus untuk dapat mempraktekannya. Sehingga, jatah dari orang tua seringnya dapat lebih daripada kakak atau adik saya. Untungnya Bapak saya tidak keberatan setiap saya minta uang lebih, karena saya lumayan pinter untuk memberi alasan kenapa nya. Sebagai kompensasi, saya jarang membeli baju baru atau pergi ke mall. Tahu dirilah, hehehehhe. Saya akui, saya paling rajin mengikuti kursus bahasa Inggris di rumah dibanding saudara-saudara saya yang lainnya. Makanya saya tidak mau kecolongan untuk anak saya dan saya tidak ingin anak saya harus mengikuti kursus bahasa Inggris dimana pun. Cukup saya saja sebagai Sparing Partnernya di rumah, yang setia setiap saat bisa dan mau diajak berbicara menggunakan bahasa Inggris. Gratis lagi. Bukan maksud saya untuk menyombongkan diri, tapi karena saya memang menginginkan paling tidak dia bisa menguasai satu bahasa asing dengan lancar, baik lisan maupun tulisan. Senyampang dia masih muda dan jangkauan dia masih panjang untuk masa depannya. Jangan salah, nilai bahasa Indonesia dia di UN lumayan bagus, cuma pemahamannya yang masih kurang. Bagi saya tidak mengapa, toh dia masih SMP dan masih dalam proses belajar. Jadi jangan heran, kalau tulisan-tulisannya tetap menggunakan bahasa Inggris. Biar dia bisa mempertahankan ketrampilan sekaligus menjaga nya. Bukankah belajar bahasa itu harus dipraktekan sama dengan ketrampilan yang lain. Dari sinilah, saya tidak mengharuskan anak saya masuk ke sekolah RSBI. Bagi saya buat apa?? Buang-buang duit, disamping biayanya yang jauh lebih mahal. Lebih baik dia masuk di sekolah unggulan tapi mampu berbahasa Inggris dengan lancar baik lisan maupun tulisan. Saya yakin kemampuan dia dalam bahasa Inggris tidak kalah dengan yang di RSBI, hehehheh. Dengan demikian, kemampuan dia berbahasa bisa sebanding, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggrisnya. Untungnya lagi, saya tidak perlu memasukkan dia ke berbagai kursus bahasa Inggris dimana pun baik yang murah maupun yang mahal. Penghematan anggaran keluarga yang luar biasa besar, bukan??? Begitulah kira-kira. Untuk kali ini saya ingin berbeda dengan yang lain. Hehehheeh, itulah ciri dari orang Kere-aktif (kreatif) ala mbak Ira Lathief, berani tampil beda atau di luar kebiasaan. Boleh khan saya berbeda??? Saya lebih mementingkan Kualitas daripada hanya Sertifikat/Ijazah. Bagaimana menurut Anda? Terima kasih dan Selamat Berkarya.