Lihat ke Halaman Asli

Rokhmah Nurhayati Suryaningsih

TERVERIFIKASI

Keep learning and never give up

Kecelakaan itu Terjadi Begitu Cepat

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malem Minggu kemarin, kami sekeluarga dan adik saya yang bungsu (no 9) dengan keluarganya pergi ke Bekasi untuk acara buka bersama di rumah kakak saya. Niatan dari rumah kami pergi jam 4 an, namun akhirnya kami baru pergi sekitar jam 6:30 an malem karena adik ipar saya terjebak macet. Makanya membuat rencana awal jadi molor. Namun alhamdulillah perjalanan ke Bekasi lancar jaya, mungkin karena orang-orang sedang pada buka puasa, jadi jalan tol relatif sepi.

Sampai di rumah kakak saya, kami terus makan apa yang sudah disediakan di meja, kemudian dilanjut dengan shalat Isya dan Taraweh berjamaah. Eh selesai Shalat, perut terasa lapar lagi, maka disambung dengan makan seperlunya untuk melengkapinya. Tak sadar jarum jam sudah menunjukkan pukul 9:30 an malem, kami yang dari Jakarta buru-buru pulang untuk melanjutkan perjalanan balik ke Jakarta. Kami terus  pamit sana sini, akhirnya kami semua meninggalkan rumah kakak saya.

Belum begitu lama keluar rumah, tepatnya kami baru memasuki jalan besarnya terlihat jalanan  sedikit padat dengan sepeda motor dan juga mobil. Karena tahu kondisinya seperti itu, adik ipar saya mengendarainya sangat pelan ketika mau menyeberang. Tapi karena begitu cepat kejadiannya, dia tidak tahu atau tidak melihat kalau di depan ada seorang pengendara sepeda motor yang mabok dan kesenggol oleh sepeda motor lain, akhirnya dia terjatuh tepat di sebelah kanan depan mobil. Tapi karena jarak yang begitu cepat dan dekat dengan mobil kami,  akhirnya terlindaslah dia oleh mobil yang kami tumpangi.

Tak lama setelah itu, orang-orang mengetok jendela dan meminta kami untuk berhenti karena telah menelindas orang yang terjatuh tadi. Terus adik ipar saya disuruh keluar dan mereka ribut, meminta adik saya segera membawa si korban sekalian ke rumah sakit. Padahal mobil kami sudah penuh, karena  ada 6 orang di dalamnya. Akhirnya karena desakan mereka, kami yang di bagian belakang langsung keluar. Anak saya duduk di bagasi dan keponakan saya duduk di depan dengan orang tuanya. Jadi di depan ada 4 orang dengan ipar saya yang menyetir kendaraan. Sedangkan bagian belakang dipakai untuk membawa orang yang terlindas itu dan 2 teman lainnya. Karena saya tidak kebagian tempat, akhirnya saya menunggu untuk dijemput.

Ketika kakak ipar dan adik ipar yang lain datang dan bertanya kepada saya bagaimana kejadian yang sebenarnya tadi, saya sendiri benar-benar tidak tahu karena saya duduk di belakang. Peristiwa itu begitu cepat dan saya tidak merasa ada benturan kalau itu tabrakan. Cuma memang terasa ada sedikit gesekan atau seret dari mobil tadi, apa karena jalannya lambat atau ada sesuatu yang mengganjal dibawahnya. Yang jelas tahu-tahu dari luar orang-orang ribut kalau mobil kami telah menelindas orang.

Untung masih ada orang yang di dekat saya berdiri, akhirnya orang lain yang menjelaskan ke kakak ipar dan adik ipar saya. Katanya si pengendara sepeda motor berusaha mengerem mendadak, namun karena matic, akhirnya dia terjatuh dan kami lewat. Cuma mungkin lukanya agak parah, karena perutnya yang kena.

Maka sama adik saya, dibawalah si korban ke Klinik dr Ibrahim, tapi Klinik tersebut tidak sanggup karena kerusakan tulangnya agak parah dan mungkin ada bagian perut yang terkena. Lagian dokter itu bilang, dari bau mulut si korban terindikasi kalau dia mabok.  Terus akhirnya dokter menyuruh adik saya untuk membawanya ke rumah sakit.

Karena jarak belum begitu jauh dengan rumah kakak saya, adik saya menyuruh kakak ipar  dan adik ipar saya yang lain untuk segera ke rumah sakit agar bisa membantu menengahi permasalahan tadi. Paling tidak adik saya merasa aman kalau nanti ada apa-apa termasuk masalah bagaimana pertanggungjawaban mengenai masalah biayanya.

Ketika sampai di rumah sakit (UGD), saksi mata menjelaskan. Si korban itu baru saja minum 2 botol miras, yang membuat dia mabok. Sayangnya dia kemudian mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanannya, ada pengendara lain yang sedikit ngebut dan menyerempet si pemabok ini, maka dia terjatuh karena pengaruh miras ini, akhirnya tidak bisa mengendalikan keseimbangan. Sedangkan kendaraan yang menyerempet, dia tidak apa-apa dan terus pergi (kabur).

Alhamdulillah berdasarkan saksi mata ini, adik saya tidak perlu membayar sepeser pun dan adik saya diijinkan pulang. Saya juga tanyakan ke anak saya, apakah tante Yani bertanggung jawab mengenai masalah biayanya. Dia bilang tidak, dia hanya bertanggungjawab untuk mengantarkan si korban sampai ke rumah sakit saja dan semua biaya ditanggung oleh keluarga si korban, karena bukan salah tante Yani dan si korban itu mabok. Jadi dia sebenarnya sudah kesenggol oleh pengendara lain dan terjatuh. Sementara yang menyenggol sudah kabur duluan.

Saya yang balik ke rumah kakak saya, menunggunya dengan tidur. Pikir saya kalau nanti urusan sudah selesai saya sudah seger dan penat saya seharian pun hilang. Betul juga, saya terbangun, adik saya sudah datang untuk menjemput. Tapi adik saya masih terkena teror dari orang yang mengaku-ngaku dari keluarga si korban. Cuma namanya kok lain, maka adik saya dipesenin untuk mematikan saja kalau ada telpon dari orang yang tidak dikenal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline