Lihat ke Halaman Asli

Rokhmah Nurhayati Suryaningsih

TERVERIFIKASI

Keep learning and never give up

Buah-buahan sebagai Pengganti Kolak

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1405909409122758923

[caption id="attachment_334549" align="aligncenter" width="518" caption="Ilustrasi kolak pisang (doc: www.menubukapuasasehat.com)"][/caption]

Tulisan ini sebenarnya sudah lama saya buat, namun belum sempat saya rampungkan karena idenya mentok. Biasalah mood nya mendadak kabur ditengah saya menulis, dan sulit untuk menariknya lagi, hehehhee. Tapi nggak apa-apa, khan bisa disimpan untuk bahan tulisan nanti kalau idenya bangkit dan pulang kembali, hihiihih. Dasar wong Jawa, apa-apa masih untung. Ada saja yang bisa dipakai alasan untuk mensyukurinya.

Ditengah kemandegan ide untuk melanjutkan tulisan ini, kemarin saya dapat pesan dari adik saya yang menanyakan apa saya buat kolak untuk berbuka? Terus terang jawaban saya sangat sederhana, tidak. Kenapa? Sebagai seorang yang sok sibuk dan males ribet, saya memang belum pernah masak kolak selama Ramadhan ini buat berbuka puasa atau untuk takjilnya. Saya sendiri males untuk mengupas ini itu atau potong-potong bahan yang diperlukan. Entahlah saya benar-benar males tingkat dewa untuk menyiapkannya.

Disisi lain, saya memang sedang mengurangi asupan gula langsung. Jadi kalau saya masak kolak, bisa dipastikan saya akan mengkonsumsi gula, baik itu dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat maupun dari gula merahnya.

Ditambah lagi saya mesti makan nasi. Hadeuh, kok banyak banget yaa asupan gula yang masuk. Sebagai gantinya saya akalin saja mengganti kolak dengan buah-buahan. Saya niatin itu, saya membuka puasa dengan minum air putih dan makan kurma atau buah lebih dahulu. Baik itu pisang, salak, kesemek dan lain-lain. Tergantung apa yang ada dan yang kelihatan masih seger. Jadi lihat buah-buahan itu mata pun bersinar, karena menarik. Bagi saya itu jauh lebih praktis, tidak ribet dan sehat lagi. Jadi asupan gula, seringnya berasal dari buah-buahan dan nasi.

Begitu juga ketika anak saya pulang dari shalat Taraweh, dia bisa makan buah untuk mengisi perutnya. Dia bisa melakukannya sendiri. Ditambah lagi, saat sahur pun, kami masih bisa makan buah-buahan. Bayangkan kalau saya terus-terus makan kolak, jenang atau cemilan yang manis-manis. Bisa dipastikan asupan gula kedalam tubuh saya akan banyak sekali. Itu baru sehari, bagaimana kalau hal itu dilakukan selama bulan puasa ini. Wah, kasihan sekali tubuh saya harus menyimpan gula yang begitu banyak.


Makanya saya tidak segan-segan untuk belanja ke pasar dan mengisi meja makan dengan beraneka buah. Padahal kalau di lihat dari harganya juga tidak mahal. Saya senangnya makan buah lokal, maka belinya di pasar bukan di supermarket. Disamping itu harganya jauh lebih murah dan lebih fresh karena tidak mengalami proses penyimpanan yang lama, layaknya buah impor.

Itulah yang saya lakukan. Intinya sih saya males ribet di dapur, sementara kerjaan saya banyak. Termasuk didalamnya saya perlu waktu untuk berselancar dan berkompasiana. Pada saat yang sama, saya perlu menjaga badan agar tetap sehat dengan makanan yang penuh warna warni.

Ini sekedar ilustrasi buah-buahan yang biasanya ada sebagai pembanding dengan ilustrasi kolak diatas.

[caption id="attachment_334550" align="aligncenter" width="526" caption="Ilustrasi buah-buahan (doc: lampost.co)"]

1405909730270455120

[/caption]

Bagaimana menurut Anda? Sekedar share apa yang saya lakukan dengan mengingat kerjaan saya yang seabreg dan badan tetap sehat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline