[caption id="attachment_338305" align="aligncenter" width="525" caption="Ilustrasi Teller (doc: www.bls.gov)"][/caption]
Sebelum ke acara Nangkring Kompasiana, saya mampir dulu ke salah satu bank pelat merah untuk setor dan menyimpan (sementara) uang disana. Pikir saya sekalian jalan keluar dan daripada uang ditaruh di rumah, takut nanti ada apa-apa. Saya malah rugi dan kecewa sendiri, walaupun jumlahnya tidak banyak. Tapi cukup lumayan sedihlah kalau uang itu hilang, karena saya merasa telah bekerja untuk mendapatkan uang itu. Belum dan bukan uang yang sudah bekerja untuk saya. Jadi uang itu benar-benar hard money, yang saya peroleh dengan kerja keras. Mau tidak mau saya pun harus merawatnya dengan hati-hati.
Ealah sampai di bank, antriannya mirip seperti ular, alias panjang banget. Mungkin karena hari Jum'at, jadi banyak orang yang menyempatkan diri untuk ke bank untuk berbagai alasan. Waduh bagaimana ini? Padahal saya ada rencana untuk datang ke acara yang digelar oleh Kompasiana, tapi panjang barisannya nggak karuan. Mau saya batalin antriannya, saya takut pergi dengan membawa (banyak) uang. Apalagi saya kemana-mana harus naik angkutan umum.
Jadi saya pun harus tahu diri untuk tidak mengambil resiko terlalu besar. Akhirnya saya tekadkan untuk terus menyelesaikan antriannya dan menitipkan dulu uang saya di bank. Bagi saya telat sedikit untuk datang ke acara tidak mengapalah. Toh teman-teman yang datang semua adalah temannya sendiri, hahahhahah.
Tepat jatuh pada giliran saya, saya bilang mau deposit atau setor uang. Saya serahkan semua uangnya dengan slip deposit sekalian dengan buku tabungannya. Uang yang saya bawa memang ada sedikit lipatan di pinggir-pinggir nya, karena dompet saya mungkin kekecilan untuk menaruh semua uang kaliiii. Akhirnya diluruskan lebih dahulu sama Teller, sebelum dihitung dengan menggunakan mesin penghitung.
Saya sengaja cuma bawa uang yang berwarna biru dan merah saja, karena sudah ditukarkan ke toko tetangga yang membutuhkan uang yang lebih kecil nominalnya. Untungnya buat saya adalah, biar saya tidak membawa uang terlalu banyak. Paling tidak kalau saya masukkan ke dompet, tidak begitu menonjol dan menarik perhatian banyak orang.
Teller kemudian mencoba memasukkan uang ke mesin penghitung, mulai dengan uang yang berwarna biru, baru kemudian yang berwarna merah. Setelah dihitung tentu muncul berapa jumlah total lembaran dari uang yang saya bawa. Saya pun ikut memerhatikan berapa jumlahnya dan mengalikannya. Untuk mengetahui jumlah totalnya tinggal dikalikan saja dengan jumlah nominal satuannya. Atau untuk praktisnya tinggal dibagi dua, karena nilai uang biru setengah. Karena uang biru yang saya bawa jumlahnya genap, maka dengan mudah saya bisa menghitung berapa total uangnya. Setelah itu, Teller memasukkan sisa uang yang berwarna merah dan mengecek berapa jumlah total lembarannya. Uang yang berwarna merah akan lebih mudah menghitung jumlah nominalnya. Karena tinggal mengalikan saja dengan satuan nominalnya, maka ketemu jumlah totalnya.
Selesai semua yang dihitung dengan mesin dan mengalikan dengan kalkulator untuk kepastiannya, Teller dengan PD nya bilang, "jumlah uang setoran saya sekian totalnya." Saya pun protes, "lha kok jumlahnya berkurang banyak. Tadi khan sudah diketahui jumlah uang masing-masing, baik yang berwarna biru dan merah. Tinggal dijumlahkan saja sudah bisa ketahuan berapa totalnya. Saya yang tidak pakai kalkulator pun bisa menghitung dengan mudah."
Kenapa begitu? Ternyata uang yang berwarna biru setelah dibagi dua, masih dibagi lagi dengan dua. Baru kemudian, ditambah dengan jumlah uang yang berwarna merah. Akhirnya, Teller menghitung lagi uang yang warna biru dan merah. Padahal tadi sudah dihitung dengan mesin hitung, dan dengan kalkulator juga yang ada di depannya. Eh masih juga tidak benar dalam menghitungnya.
Akhirnya dihitung lagilah dari awal semua uangnya dengan menggunakan mesin hitung dan kalkulator. Baru Teller sadar kalau dia menghitungnya salah. Terus saya bilang, "iya khan tinggal dijumlah saja masing-masing uangnya, karena sudah diketahui berapa jumlahnya. Jadi tidak pakai kalkulator pun bisa dihitung dengan mudah.
Ini mengingatkan saya, bahwa kita sebagai nasabah harus jeli dan memerhatikan jumlah uang yang kita yakini benar. Jangan mau menerima apa saja yang Teller katakan, karena belum tentu dia benar biarpun sudah pakai mesin hitung dan kalkulator. Pada akhirnya dia hanya mengingat saja apa yang sudah terekam dalam pikirannya yang belum tentu benar. Untuk itu, lebih baik kita usahakan puas dengan urusan yang kita miliki, sebelum akhirnya beranjak dari Teller. Karena kalau kita sudah berpindah tempat, urusan kita akan menjadi lebih ruwet.