Lihat ke Halaman Asli

Rokhmah Nurhayati Suryaningsih

TERVERIFIKASI

Keep learning and never give up

Home Sweet Home

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411879287516693969

[caption id="attachment_344775" align="aligncenter" width="532" caption="Home Sweet Home (doc: librarything.com)"][/caption]

Tulisan ini sudah tayang sebenarnya tadi malam, tapi entah kenapa hilang dalam listnya. Untung saya membuat copy nya. Padahal biasanya tidak pernah, karena modalnya menulis langsung di Dashboard. Jadi kalau hilang, yaa sudah harus menulis lagi. Mungkin feeling nya lagi jalan, jadi setelah menulis, dicopy dulu takut nanti gagal dalam proses penayangannya, hehehhehe. Kompasiana sedang sakit?

Home Sweet Home, itulah yang saya rasakan. Setiap saya bepergian atau meninggalkan rumah, terus saya pulang ke rumah rasanya benar-benar plong. Badan yang tadinya capek banget diluar, terasa segera minta diobati atau diistirahatkan. Walaupun di rumah nantinya hanya sekedar duduk-duduk santai atau merebahkan badan barang sejenak. Tapi rasanya nikmat sekali. Apalagi kalau diimbangi dengan meminum seteguk air putih atau makan cemilan. Duh nikmatnya, semua kecapekan yang terasa segera pergi.

Makanya tidak salah kalau rumah adalah segalanya. Tempat dimana pemiliknya mengembalikan dan membangun energi kembali yang seakan habis dipakai seharian. Disamping itu rumah juga dipakai untuk berteduh dan berlindung dari binatang buas, angin ribut dan berbagai bahaya dari diluar. Diatas semuanya itu, rumah juga bisa dipakai untuk berkarya, menghasilkan uang serta tempat pendidikan pertama bagi anak-anak nya.

Makanya pantas, banyak orang yang begitu terikat dengan rumah sampai-sampai tidak bisa dilepaskan. Rasanya rumah begitu berartinya. Tapi bagi orang lain, rumah mungkin sekedarnya saja. Yeah sekedar untuk ditempati ketika mereka hidup. Kalau sudah merasa uzur, kenapa tidak dialihkan kemanfaatannya menjadi yang lebih berguna? Alias rumah itu didonasikan atau diwakafkan untuk kemanfaatan yang lebih tinggi.

Bukankah dengan begini caranya kemanfaatannya akan menjadi naik atau malah bertingkat karena ada unsur berbagi disana. Tentunya dengan syarat tidak ada yang dirugikan karenanya dan semua saling merelakannya. Sayangnya tidak semua orang bisa melakukannya, karena memang berat. Tapi tidak berarti tidak bisa. Hanya orang yang sudah mempunyai kesadaran spiritual yang tinggi. Karena disini ada unsur memberikan apa yang sangat kita cintai. Itulah salah satu pelajaran tentang kedermawanan dari orang tua kami, memberikan apa yang sangat kami cintai.

Sekedar coretan ringan tentang berbagi dari orang tua kami. Bagaimana menurut Anda? Ada saran?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline