Lihat ke Halaman Asli

Rokhmah Nurhayati Suryaningsih

TERVERIFIKASI

Keep learning and never give up

Ternyata Kematian itu Begitu Dekat

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1412434130240545151

[caption id="attachment_346035" align="aligncenter" width="437" caption="Ilustrasi Life is Short .....(doc: stepsofcourage.wordpress.com)"][/caption]

Dalam dua (2) hari berturut-turut, tetangga kami ada yang meninggal setiap harinya. Yang satu seorang Bapak berusia 65 th, beliau rajin berolah raga jalan kaki setiap pagi. Makanya saya sering bertegur sapa ketika sedang berolah raga. Bapak ini masih sempat shalat Shubuh berjamaah di mesjid pada hari kematiannya. Tahu-tahu sekitar jam 11 an, beliau sudah meninggal dunia.

Yang kedua, seorang ibu relatif masih muda, baru berusia 51 tahun. Belum jelas apa sakitnya. Meninggal dunia hari ini pada jam 3 sore dan jam 7 malem dishalatkan, untuk selanjutnya dikuburkan malam ini juga. Mengingat meninggalnya masih sore dan besok sebagian besar masyarakat sibuk untuk shalat hari raya. Jadi untuk praktisnya, penguburan dilakukan malam ini.

Melihat dari dua kematian ini memberikan pelajaran bagi saya, begitu mudahnya mati itu menjemput kita kalau takdir sudah datang. Tidak peduli berapa umur kita dan aktivitas apa yang kita lakukan setiap harinya. Kalau dilihat pada kematian yang pertama, terlihat bahwa beliau tidak merasakan sakit layaknya orang yang sakit-sakitan dan tidur-tiduran. Terus yang kedua melihat dari umurnya yang menurut saya belum begitu tua untuk ukuran kemajuan ilmu kedokteran sekarang ini.

Bagi kami yang menjadi tetangga tentu kaget, begitu mudah dan dekatnya nyawa untuk kembali kepada pemilik Nya ketika waktunya tiba. Saya yang sudah tidak muda lagi, tentu harus menyiapkan dan  sadar diri, karena takdir kematian tiada yang tahu. Walaupun saya masih mempunyai begitu banyak rencana dan impian yang ingin dicapai. Tapi satu keinginan utama yang hendak saya capai adalah ingin mengantarkan dan menyiapkan anak saya sebaik-baiknya,  agar dia bisa tumbuh dan berkembang seoptimal  mungkin. Karena saya tahu bahwa saya tidak akan menemani dia selamanya.

Jadi benar apa yang diilustrasikan diatas Life is short. Remember, focus on what matters and let go of what  doesn't. Betul juga ya?, ngapain kita sibuk mengerjakan sesuatu yang tidak bermanfaat.

Teringat akan tulisan Rhenald Kasali dalam artikelnya di Kompas tanggal 4 Oktober 2014 (hari ini) yang berjudul Anak-anak kita Bukanlah Burung Dara yang Sayapnya Diikat. Tulisan ini sungguh mengena bagi saya sebagai orang tua agar jangan terlalu mengikatnya dengan berbagai belenggu, proteksi, ancaman, dan kenikmatan yang berlebihan sehingga mereka tidak bisa terbang tinggi dengan bebasnya. Karena mereka adalah laksana seekor rajawali yang bisa dan mampu menentukan sendiri arah yang hendak dituju (self driving) untuk mencari jalan keluar dari kesulitan apabila mereka diberi tantangan dan wewenang.

Hmmm bisakah saya mewujudkan impian saya ini? Tak ada impian yang berlebihan selain melihat anak saya bisa berhasil melebihi orang tuanya, yaitu menjadi manusia yang berguna bagi sesama, bangsa dan negara. Waduh nyambung nggak tulisannya? Sekedar refleksi untuk  mengingat kematian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline