[caption id="attachment_347927" align="aligncenter" width="530" caption="Foto Bersama peserta acara Breast Cancer Awareness Event (doc: mas Rahab)"][/caption]
Mendegar kata kanker payudara sebenarnya bukan hal yang asing bagi saya. Hal ini karena kakak sepupu saya pernah terkena kanker payudara sekitar 30 tahun yang lalu. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP kelas 3. Dia akhirnya dioperasi dan diangkat satu payudaranya. Namun entah kenapa setelah 4 tahun kemudian, bibit kanker payudara ternyata sudah menyebar ke payudara satunya lagi. Demi kesehatannya mau nggak mau, dioperasilah payudara yang tersisa, alias keduanya. Jadi praktis dia sudah tidak punya payudara lagi yang tersisa. Saya sempat menjenguknya setelah operasi yang ke 2.
Pertanyaan yang menghantui saya adalah kenapa bisa muncul lagi atau menyebar ke payudara yang satunya? Sementara dia sudah melakukan operasi untuk diangkat atau dibersihkan sel-sel kankernya? Apakah ini karena perkembangan teknologi pada waktu itu yang belum maju? atau operasi yang sebelumnya tidak bersih atau tuntas sampai ke akar-akarnya, sehingga sel-sel kanker itu masih bisa tumbuh. Memang kami berasal dari daerah, praktis rumah sakit yang ada hanyalah rumah sakit pemerintah daerah dengan peralatan yang masih sangat sederhana tentunya.
Namun, lagi-lagi kami masih bersyukur, karena sampai sekarang kakak sepupu saya masih hidup dan sehat. Dia masih bekerja sebagai peneliti di LIPI, Serpong. Jadi bagi saya dia benar-benar cancer survivor dengan support group/dukungan penuh dari keluarganya. Karena 30 tahun yang lalu nyaris belum ada support groups yang sudah berdiri, apalagi untuk daerah setingkat Kabupaten. Beruntunglah setelah kejadian itu, sekolah dia lancar dan bahkan dia pernah ke Jepang untuk menyelesaikan S2 nya. Dia juga sudah menunaikan ibadah haji beberapa tahun yang lalu.
Disisi lain, ada juga teman sekolah SMA saya yang terkena kanker payudara sekitar 4 tahun yang lalu. Dia tinggal di Jakarta bersama keluarganya (suami dan anak-anaknya). Dengan segala suka dukanya, akhirnya dia tidak bisa bertahan untuk hidup lama .
Kalau dilihat secara medis, peralatan dan ilmunya mungkin pasien yang kedua menggunakan peralatan yang relatif lebih maju (canggih) dibanding dengan peralatan yang dipakai untuk merawat kakak sepupu saya. Kenapa hasilnya berbeda? Apakah hal ini ada pengaruh dari deteksi dini yang dilakukan? Sedangkan kalau dilihat dari segi usia, memang pasien yang pertama masih sangat muda sewaktu terkena kanker payudaranya. Sedangkan pasien kedua usianya sudah sekitar 40 tahun, semangatnya masih ada karena ada anak-anak dan suaminya. Namun daya tahannya mungkin yang sudah berkurang.
Tentunya, pertanyaan yang saya ajukan diatas diluar permasalahan takdir, tapi karena rasa penasaran saya ditengah majunya ilmu dan peralatan medis, mengapa pengobatan kanker payudara masih mengalami hambatan dalam proses penyembuhannya?. Mungkinkah ini didukung oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat? Kalau saya melihat dari perilaku, pasien kedua termasuk sangat berhati-hati. Tapi mungkin deteksi penyakitnya yang sedikit terlambat, Jadi mungkin sel-sel kanker nya sudah menjalar kemana-mana. Itulah sekedar contoh kecil yang saya amati di sekitar kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai pertanyaan saya yang muncul diatas, maka ketika ada pengumuman tentang Breast Cancer Awareness Event, membuat saya begitu tertarik untuk ikut dan belajar lebih jauh mengenai kanker payudara ini. Beruntunglah saya belum terlambat dalam mendaftarnya. Jadi nama saya masih bisa masuk dalam list sebagai peserta yang dibatasi hanya untuk 75 orang.
Acara ini terselenggara berkat kerjasama antara Blogdetik, Garda Medika bekerja sama antara Blogdetik, Garda Medika yang menggandeng Komunitas Love Pink, sehingga Breast Cancer Awareness Event yang diadakan di Hong Kong Cafe, Sarinah, Jakarta Pusat pada tanggal 3 Oktober 2014 yang lalu.
[caption id="attachment_347928" align="aligncenter" width="519" caption="MC sedang membawakan acaranya (doc: pribadi)"]
[/caption]
Lumayan seru acaranya, karena pesertanya tidak hanya perempuan tapi banyak juga dihadiri oleh bapak- bapak atau kaum pria. Maklum penyakit kanker ini memang bukan monopoli kaum hawa, tapi kaum pria pun bisa kena. Walaupun jumlahnya relatif sedikit. Kalau pun mereka tidak kena, siapa tahu para kaum pria bisa menjadi pendukung apabila ada diantara saudara perempuannya, baik adik, kakak, ibu atau bahkan istrinya yang terkena penyakit kanker payudara. Maka para kaum pria/bapak-bapak bisa memberi semangat dan pendampingan tentunya jika suatu saat dibutuhkan.
Kita tidak pernah tahu jika suatu saat keluarga kita terkena penyakit ini. Untuk itu dukungan orang-orang terdekat sangat penting untuk mereka. Makanya kami sangat mendukung kegiatan untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap bahaya kanker payudara, demikian kata Iwan Pranoto, Manager Communication & Event Asuransi Astra dalam sambutannya.
[caption id="attachment_347929" align="aligncenter" width="535" caption="Iwan Pranoto sedang mempresentasikan tentang Garda Medika (doc: pribadi)"]
[/caption]
Dengan menggandeng Lovepink, sebuah gerakan social peduli kanker payudara, Garda Medika melakukan roadshow kampanye kesadaran kanker payudara ke berbagai perusahaan peserta Garda Medika, komunitas, kompleks perkantoran dan juga blogger. Roadshow seminar tersebut diharapkan dapat memberi lebih banyak informasi dan wawasan kepada peserta, serta mengubah cara pandang mereka terhadap kanker payudara. Sehingga pada gilirannya angka kematian yang disebabkan kanker payudara dapat ditekan.
Sedikit mengenal Kanker Payudara
Pasien kanker payudara adalah satu dari delapan wanita berpotensi terkena kanker payudara. Data menunjukkan bahwa dari berbagai jenis kanker, ternyata kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita. Di Indonesia sendiri, jumlah angka kejadiannya mencapai 25/100.000, dan menurut WHO, kanker menempati urutan kedua penyakit tidak menular yang paling mematikan di dunia.
Kanker payudara pada umumnya ditandai dengan adanya benjolan pada payudara. Namun jangan khawatir jika ditemukan benjolan pada payudara, karena tidak semuanya berarti kanker dan kebanyakan bersifat jinak (tumor). Meski demikian, jika ditemukan benjolan pada payudara sebaiknya tetap waspada dan secepatnya dipastikan apakah benjolan tersebut bersifat jinak (tumor) atau kanker. Semakin cepat kanker terdiagnosis, keberhasilan pengobatan akan semakin besar.
Hal ini terjadi, ketika ada pertumbuhan sel abnormal yang cepat pada payudara. Berawal dari sistem saluran kelenjar susu yang kemudian tumbuh menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan getah bening hingga menyerang ke seluruh bagian tubuh (metastasis).
[caption id="attachment_347931" align="aligncenter" width="524" caption="dr Dody Permadi mengajak para Blogger untuk melakukan SADARI (doc: pribadi)"]
[/caption]
Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk melakukan deteksi kanker payudara dengan tujuan mendeteksi kanker sedini mungkin agar lebih mudah ditangani. Diperkirakan 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Deteksi dini dilakukan sebelum munculnya tanda atau gejala yang mencurigakan adanya kanker payudara.
Banyak dokter yang merekomendasikan kepada wanita untuk melakukan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) secara rutin, sebulan sekali sejak usia 20 tahun.
SADARI dapat membantu memeriksa kondisi payudara apakah terdapat benjolan atau perubahan lainnya yang dapat menjadi tanda terjadinya tumor atau kanker payudara yang membutuhkan perhatian medis. SADARI sebaiknya dilakukan 1 minggu setelah periode menstruasi dimulai, yakni ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak.
Jika mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur atau telah mengalami menopause atau pengangkatan rahim, SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama tiap bulannya. Sementara untuk ibu menyusui, SADARI dapat dilakukan setelah menyusui atau memompa ASI.
Langkah-langkah DETEKSI DINI Kanker Payudara
1. Sadari
Jadikan kebiasaan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sejak usia 20 tahun. Pahami kondisi normal payudara dan segera berkonsultasi dengan dokter apabila menemukan perubahan pada payudara.
2. Periksalah Payudara ke Dokter Ahli
Lakukan pemeriksaan klinis payudara ke dokter ahli. Jadikan pemeriksaan ini sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin.
Perempuan dengan usia 20 hingga 30 tahun bisa melakukannya setiap 3 tahun sekali. Bagi yang berusia 40 tahun ke atas sangat dianjurkan melakukannya setiap tahun sekali.
3. Mammography
Perempuan usia 40 tahun ke atas sangat dianjurkan untuk mulai melakukan screening mamography setiap tahun sekali. Bagi yang berusia dibawah 40 tahun screening cukup dilakukan dengan ultrasonografi (USG) payudara.
Tidak Semua Benjolan dalam tubuh adalah Kanker
Ini suatu pengalaman pribadi mengenai benjolan yang kebetulan menimpa anak saya ketika dia masih kecil. Saat itu kami masih berada di New York, Amerika. Saya teringat ketika anak saya masih berumur sekitar 6 tahun, ada benjolan kecil di pahanya. Saya sebagai ibu, langsung kaget kenapa dan apa ini?. Saya pegang benjolan itu seperti berpindah kesana kemari. Saya tanyakan ke anak saya, katanya tidak sakit. Tapi itu semua tidak mengurangi rasa penasaran saya untuk membawa dia ke dokter anak dan menanyakannya. Batin saya mumpung masih kecil, munngkin jauh lebih baik untuk diketahui apanya.
Kata dokter anak saya, dia bilang itu bukan kanker, tapi semacam benjolan saja atau kista. Bisa saja disedot dengan cara disuntik untuk mengempeskannya. Terus dokter itu pesan, coba tunggu 2-4 minggu lagi apa yang akan terjadi. Kalau besar sedikit nanti disedot. Eh ternyata setelah kurang lebih 4 mingguan, benjolan itu tambah keras dan saya coba tekan, anak saya merasa kesakitan. Mau tidak mau saya bawa lagi ke dokter dan menceritakan apa adanya.
Akhirnya dokter pun kaget, kok jadi keras ya. Memang besarnya masih sebesar telur ayam bagian kuningnya. Karena sudah keras, dokter anak saya tidak berani nyedot lagi. Maka dia pun menyarankan untuk dioperasi saja, takut nanti malah bertambah besar di paha. Akhirnya dibuatlah jadwal untuk melakukan operasi. Tentunya yang melakukan adalah dokter bedah dan anestasinya di ruang operasi. Saya sendiri hanya boleh menunggu di ruang tunggu dan tidak boleh masuk menemani anak saya. Jadi anak saya yang masih kecil itu, saya serahkan dan percayakan saja ke dokter bedah dan anestasi yang menanganinya.
Saya yang menunggu diluar tentu pikirannya macem-macem. Kurang dari 1 jam kemudian, anak saya keluar dengan dokternya. Dia menceritakan anak saya tertidur pulas saat operasi, karena memang dibius. Benjolan sudah sebesar kuning telur ayam dan kental, makanya keras. Dia bilang, "he is okay and will be fine", kata dokternya. Legalah saya setelah itu, karena benjolannya sudah hilang. Alhamdulillah sampai sekarang, benjolan itu tidak muncul lagi.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kanker payudara
Seperti yang sudah diuraikan diatas bahwa kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker paling mematikan di kalangan perempuan. Walaupun begitu, sebenarnya penyakit ini bisa dihindari apabila kita mau melakukan deteksi dini dan menghindari penyebabnya. Tentunya menghindari penyebab adalah langkah yang paling bijaksana sebagai pencegahan. Paling tidak dengan mengenali dan menghindari penyebabnya, maka resiko akan sedikit berkurang, kecuali faktor genetik.
Berikut berbagai penyebab kanker payudara antara lain:
1. Terlahir sebagai perempuan
Perempuan lebih rentan terkena kanker payudara dari pada pria. Salah satu penjelasan ilmiahnya, perempuan lebih banyak menghasilkan hormon esterogen dibanding dengan pria. Faktor ini tentu tidak bisa dihindari, sebab tidak seorang pun bisa memilih untuk lahir sebagai laki-laki maupun perempuan.
2. Penuaan
Dengan bertambahnya usia seseorang, semakin tinggi potensi seseorang dapat terserang kanker payudara. Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia di atas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
3. Faktor genetik
Jika salah satu keluarga kita terutama ibu wanita ataupun saudara wanita pernah terkena kanker payudara tidak menutup kemungkinan kita juga dapat terserang kanker. Artinya Anda mungkin mewarisi mutasi gen yang biasa disebut BRCA1 dan BRCA2, 2 gen yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
4. Paparan radiasi
Jika Anda pernah menjalani terapi radiasi pada dada, tidak menutup kemungkinan resiko terkena kanker semakin besar. Apalagi jika terpapar terus menerus.
5. Obesitas
Memiliki berat badan berlebih dapat menjadi faktor meningkatnya seseorang terkena kanker payudara. Jaringan lemak berlebih yang berada pada bawah payudara dapat menjadi faktor penyebab kanker.
6. Minuman beralkohol
Sering minum minuman keras dan alkohol dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker payudara. Ada baiknya untuk mengurangi, bahkan jika bisa mulai menghentikan kebiasaan mengonsumsi jenis minuman yang satu ini.
7.Terapi hormon postmenopause
Wanita yang mengkonsumsi obat terapi hormon yang menggabungkan estrogen dan progesteron untuk mengobati tanda-tanda dan gejala menopause memiliki peningkatan risiko kanker payudara lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak mengkonsumsi obat-obatan. Mulailah berhenti dari sekarang.
Setelah dr Dody Permadi menjelaskan serba panjang lebar mengenai apa itu kanker payudara, MC menghadirkan nara sumber lain untuk sharing dan testimoni dari para cancer survivors, yaitu mbak Heni dan Shanti untuk berbagi pengalaman saat dokter menvonis mereka terkena kanker payudara. Banyak informasi dan pesan-pesan yang menarik dari kedua survivors tersebut, yang tidak hanya membuat terharu.
Namun juga mengingatkan dan menyadarkan kita semua akan pentingnya SADARI itu dan support groups atau pendampingan untuk menguatkan pasien baru agar jangan takut menghadapi vonis kanker yang dinyatakan oleh dokternya. Hal ini akan sangat membantu dalam proses penyembuhan, karena 80% dari perawatan kanker adalah seputar cara pandang terhadap penyakit yang dideritanya.
[caption id="attachment_347932" align="aligncenter" width="526" caption="Sesi sharing dan testimonial dari Mbak Heni dan Shanti sebagai cancer survivors (doc: pribadi)"]
[/caption]
Tak lupa acara dibuka dengan tanya jawab. Seru dan meriah pertanyaan muncul, karena adanya kesadaran mereka ingin tahu lebih banyak dan juga berusaha membantu perempuan yang mereka cintai, jika suatu saat hal itu terjadi.
Akhirnya karena waktu sudah semakin malam, pak Iwan Pranoto mengajak para peserta yang hadir untuk menggunakan gelang pink sebagai tanda seremonial dan kepedulian kita terhadap penderita kanker payudara
Apa itu Komunitas Lovepink?
Komunitas Lovepink adalah sebuah gerakan sosial yang diprakarsai oleh dua sahabat yang berhasil mempertahankan hidup mereka dari kanker payudara. Melalui perjuangan mereka, Shanti Persada dan Madelina Mutia mendapatkan wawasan berharga; semacam kiat-kiat untuk menjalani pengobatan yang berat. Di tengah kesibukan harian masing-masing, mereka bersama dengan pejuang kanker payudara lainnya meluangkan waktu untuk berbagi dan saling menguatkan pasien dari awal masa pengobatan, selama menjalani perawatan, hingga masa penyembuhan.
Lovepink dibentuk karena 80% dari perawatan kanker adalah seputar cara pandang terhadap penyakit yang dideritanya. Makanya Lovepink berusaha membantu para perempuan penderita kanker untuk melewati masa paling kritis dari perawatan, yang meningkatkan kemungkinan bertahan hidup secara signifikan.