Lihat ke Halaman Asli

nunung aulia

Guru dan Penulis

Aku Tidak Gila

Diperbarui: 20 Juli 2024   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: dibuat oleh AI

"Dimana Erna? Sudah jam begini tak kunjung datang?" tanya bos Udin pada salah satu teman kerjaku dengan memasang wajah seperti orang marah.

Tak ada seorang pun yang menjawab pertanyaan yang terlontar. Mereka menungguku di ruang meeting. Pagi ini memang diadakan meeting untuk membahas artikel yang akan dimuat di majalah SURYA. Aku hadir setelah lima menit meeting usai. Semua ketentuan sudah diputuskan tanpa menunggu kehadiranku. Bahkan, artikel yang sudah aku susun pun diubah konsepnya begitu saja. Aku sedikit kecewa. Apa yang sudah aku kerjakan sia-sia.

"Artikel sudah diubah sesuai konsep yang diinginkan dan sekarang sudah naik cetak ke majalah. Kamu juga dari mana saja, jam sekarang baru hadir." ucap bos Udin.

"Maaf. Tadi saat perjalanan menuju kemari, mesin mobil tiba-tiba mati. Aku ke kantor naik KRL." jawabku sedikit wajah ditekuk.

Namun, bos Udin tak mau menerima alasan. Dia tetap saja mengomel tanpa arah. Lalu, aku izin ke ruang kerja. Sesampai di sana, aku meletakkan buku dan tas di atas meja dengan kasar. Aku mendudukkan diri di kursi. Datang Zubaidah ke ruangan untuk menghiburku.

"Ada apa dengan dirimu, Na? Tidak seperti biasanya kamu seperti ini. Tulisanmu pun juga hancur. Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" tiga pertanyaan terlontar sekaligus dari bibir tipis Zubaidah.

Aku mendengus kesal. Sekilas mengingat betapa sialnya diriku tadi. Mesin mobil mati, bertemu orang gila di KRL, dan sekarang kenal omel. Seketika terlintas ide cemerlang dari pikiranku. Aku tersenyum sendiri memikirkan ide itu. Aku meminta Zubaidah untuk memberikan waktu selama seminggu.

Bagaimana kalau aku menyamar sebagai orang gila? Aku akan pergi ke rumah sakit jiwa hanya sekadar minta izin pengambilan data kepada pimpinan rumah sakit. Ah, ide cemerlang. Kamu sangat jenius, Na.

"Ju, mungkin selama seminggu aku tidak pergi ke kantor. Aku akan cuti untuk mengambil riset sebagai ide tulisan artikel selanjutnya. Jika bos Udin mencariku, tolong atasi dia, ya?" ujarku panjang lebar dengan memintanya untuk mengatasi bos Udin.

Aku sampai di pelataran halaman rumah sakit. Aku tersenyum geli membayangkan sendiri menjadi orang gila. Namun, demi pekerjaan, aku rela melakukannya untuk tulisan yang menarik. Aku menemui penjaga untuk sekadar minta izin bertemu dengan pimpinan rumah sakit ini. Tak lama kemudian, aku sudah berada di ruang kerja dr. Arifin---direktur utama rumah sakit jiwa 'Kasih Bunda'.

"Hahaha... Apa yang kamu pikirkan? Ide macam apa itu? Kamu menyamar jadi orang gila? Mana bisa? Yang ada nanti kamu jadi gila sungguhan!" ucap dr. Arifin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline