Lihat ke Halaman Asli

Anak Tawuran? Lakukan 5 Hal Ini!

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berita tawuran beberapa waktu yang lalu menorehkan tinta merah [lagi] pada perjalanan pendidikan di Indonesia. Bagaimana tidak, tawuran kali ini memakan korban jiwa yang sangat memilukan, yaitu terhujam clurit tajam. Entah datang darimana benda itu sampai bisa ada di tangan FR, pelaku penusukan. Sebegitu siapkah anak-anak itu dengan perlengkapan tawuran mereka? Kalau bukan sebuah kebiasaan pasti tak akan pernah anak-anak menyiapkan benda tajam seperti itu. Mungkinkah tawuran sudah menjadi tradisi mereka sehingga mereka harus berjaga-jaga dengan persenjataan lengkap?

Banyak pertanyaan setelah kejadian itu. Siapakah yang bersalah dalam kasus pelajar tawuran? Ada yang bilang sekolah tak bisa mendidik siswanya. Tak sedikit yang bilang orang tuanyalah yang tak bisa mendidik putra mereka. Atau di lain pihak, itu adalah kesalahan si anak sendiri. Saya rasa kasus ini harus diambil pelajaran bagi semua pihak. Bisa dikatakan ada kelalaian dari semua lini. Namun, tentu kita tidak bisa menyalahkan begitu saja. Harus bisa meberikan solusi dan mendeteksi kira-kira letak kelalaiannya ada dimana.

Menurut salah seorang nara sumber dalam acara pengajian di kampus sekolah kami, Ust. Syaihu, ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi tabiat dan perilaku anak-anak kita. Dan semua pihak harus mengintrospeksi diri apakah kita telah memberikan dan melakukan hal terbaik bagi perkembangan anak dana peserta didik kita.

Satu hala yang perlu dilihat kembali adalah memudarnya (jika tidak bisa dibilang hilang sama sekali) beberapa peran strategis sebagai pendidik dan pengajar rumahan. Artinya ada bagian peran yang terlupakan saat ini yang harus kembali kita fungsikan dengan maksimal. Ada lima peran strategis yang perlu kita fungsikan, yaitu:

1. Dakwah

Tahukah anda bahwa kewajiban pertama manusia itu bukanlah untuk ibadah tapi untuk berdakwah? Mungkin kita sering membaca kisah-kisah nabi sebelum Rasullah SAW dimana mereka tidak melakukan ibadah layaknya yang kita lakukan saat ini yaitu rukun islam, namun perintah utama mereka adalah menyampaikan keesaan Allah SWT. Bagi umat yang menerima dakwah para nabi terdahulu, mereka akan selamat, sementara yang menolak, mereka akan binasa. Contohnya kisah Nabi Nuh as, Nabi Musa as, dll.

Oleh karena itu, harus kita tanamkan pada diri kita bahwa:

Dengan dakwah, dimasukkan kebesaran Allah SWT di hati anak-anak kita.

Dengan dakwah, dimasukkan ketauladan Rasullah SAW ke hati anak-anak kita.

Dengan dakwah, dimasukkan kebenaran Islam ke hati anak-anak kita.

Untuk itu, kita harus mulai mengaktifkan fungsi dakwah itu dimulai dari keluarga, misalnya dengan mengajak anggota keluarga kita untuk mengkaji al quran. Karena saat ini, semakin banyak orang yang tidak peduli dengan fungsi dakwah ini. Bahkan ada orang tua yang bangga ketika anaknya pandai berbahasa Inggris sementara ia tidak merasa kecewa ketika anaknya tidak bisa membaca al quran. Naudzubillah...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline