Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana: Salah Jalan, Masuk Jurang?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya membaca dua postingan yang muncul di layar teraktual yang cukup bikin penasaran. Isinya lebih kurang berkisah tentang komentar terhadap tulisan yang kita buat sampai pada tulisan yang menyebutkan nama kompasianer (bahkan dijadikan cerita humor). Saya tidak tahu siapa yang dimaksudkan, namun sangat disayangkan jika kita berkisah tentang orang lain sampai menyinggung perasaannya.

Benar bahwa kita memiliki kebebasan berkarya. Kita punya ide untuk dituangkan. Kita punya hasrat untuk dituliskan. Tapi apakah perlu tulisan kita menyerang individu? Entahlah...

Jujur, saya merasa ngeri juga membaca postingan itu. Pembunuhan karakter? Itukah tujuan menulis? Sebagai kompasianer yang biasa-biasa aja, dengan tulisan yang mungkin bisa dibilang sangat dangkal, saya takut membayangkan betapa kompasiana menjadi hutan belantara yang memiliki banyak ranjau disana-sini. Salah pilih jalan, maka tak ayal kita akan jatuh ke dalam jurang yang terjal. Mengerikan?

Apalagi membaca postingan lain tentang komentar chatting. Koq berasa kompasiana punya kelompok-kelompok penulis tertentu ya? Seperti ada penguasa hutan kompasiana. Apalagi mereka yang saling berteman dan sudah sangat akrab dengan masing-masing kompasianer. Saya, sebagai orang luar, jadi berasa salah masuk pintu. Apakah benar kompasiana ada penguasanya? Hmmm.....

Kalau kompasiana dianalogikan dengan konser, saya pembeli tiket konser termurah yang khusus untuk penonton festival, yang bahkan untuk melihat panggung utama pun butuh bantuan layar besar. Sementara para kompasianer yang top beruntung bisa selalu mendapat tiket VVIP sehingga bisa sangat dekat bersentuhan dengan panggung konser.

Sayangnya, saya sudah kadung cinta menulis. Kompasiana telah menjadi pemuas jiwa saya. Tak pernah sehari pun saya alpa membuka kompasiana, walaupun tidak setiap hari saya bisa posting tulisan. Ketika jiwa sudah terisi dengan menulis, maka terpenuhi sudah dahaga yang kering. Walaupun kompasiana adalah hutan belantara yang menyeramkan, saya akan tetap berjalan...demi memenuhi kehausan jiwa saya....

Karena "aku menulis untuk jiwaku"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline