Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Menuju UKG

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, walaupun perolehan skor yang saya dapat belum mencapai KKM, kami bersyukur ujian kompetensi guru nya berjalan lancar. Sempat gak percaya sih kalau gak lulus, soalnya ngerasa yakin sama jawaban sendiri. (hehhe...) Tapi, mudah-mudahan, tidak tercapainya kkm bukan berarti kami tidak layak menyandang predikat guru profesional. Saya yakin para guru siap untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi dirinya menjadi jauh lebih baik dan selalu lebih baik.

Banyak memang pro kontra terhadap penyelenggaraan ujian kompetensi guru 2012 ini., yang dinilai terlalu terburu-buru dan persiapan yang tidak maksimal. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya kegagalan ujian dikarenakan faktor ketidaksiapan pendukung sarana dan prasarana yaitu fasilitas komputer yang memadai. Alasannya, banyak sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara UKG tidak memiliki fasilitas lab komputer yang memadai, akhirnya pelaksanaan ujian pun dipindahkan ke sekolah lain.

Itu yang terjadi pada saya dan rekan saya yang lainnya. Informasi terakhir, UKG dilaksanakan di SMPN 1 Setu pukul 07.00 pagi. Dengan semangat pagi dan khawatir terlambat, pukul 05.35 saya sudah berangkat dari rumah. Sesampainya di lokasi, saya hanya menjumpai rekan-rekan satu sekolah saja, tidak tampak guru-guru dari sekolah lain. Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, ternyata ada informasi bahwa ujian dipindahlokasikan di SMAN 1 Tambun Selatan, yang letaknya dekat dengan sekolah kami, dan jam ujiannya pun mendapat gelombang 2 yang dimulai pukul 10.30.

Belum merasa yakin, salah seorang rekan menanyakan ke salah guru SMP 1 Setu yang dijumpai. Menurutnya ujian dilaksanakan di SMAN 1 Setu karena fasilitas komputer mereka tidak memadai. Karena ada dua informasi berbeda, akhirnya kami memutuskan untuk menuju SMAN 1 Setu terlebih dahulu untuk melihat nama kami. Sesampainya di sana, tidak tercantum satu nama pun dari sekolah kami, akhirnya kami menuju ke SMAN 1 Tambun Selatan. Sampai sana kami pun langsung mengecek nama kami, dan alhamdulillah ada.

Kami pun diberikan kartu ujian dan diminta untuk membubuhkan foto dan tanda tangan. Selain itu kami diminta untuk menyiapkan foto kopi sertifikat pendidik dan nuptk. Akhirnya beberapa rekan saya kembali ke sekolah untuk memenuhi persyaratan tersebut, sementara saya dan beberapa yang lain tinggal di sana sambil sedikit mempelajari materi ujian.

Saat ujian tiba, kami diberi pengarahan pelaksanaan ujian dengan diminta mengisi nomor peserta sertifikasi dan nomor NUPTK untuk login ke komputer. Jika berhasil, kami diarahkan untuk memulai ikut ujian dan langsung terpampang soal ujian pertama dengan empat option A, B, C, D. Waktu yang disediakan 120 menit dengan jumlah soal 100 butir. Sayangnya, masih tetap ada guru yang gagal ikut ujian karena tidak bisa online, yaitu guru BK dan guru PKn. Akhirnya setelah didata pengawas ujian, rekan kami itu pun memutuskan pulang dan menunggu panggilan ujian selanjutnya.

Banyaknya kontra terhadap UKG ini bisa jadi dikarenakan fasilitas yang tidak disiapkan dengan maksimal sehingga banyak guru yang gagal mengikuti ujian sesuai dengan waktu yang dijadualkan. Selain itu, bagi sebagian guru, ujian ini tidak bisa melihat kompetensi guru secara menyeluruh, artinya pengetahuan hapalan guru terhadap materi kompetensi kejuruan dan pedagogik tidak bisa dijadikan tolak ukur tunggal untuk mengetahui profesionalitas guru. Banyak guru menyarankan pihak Diknas untuk terjun langsung ke sekolah melihat kenyataan secara langsung aktivitas guru di kelas dengan program supervisi.

Namun, apapun kontra dari banyak pihak, saya rasa ujian kompetensi guru ini bisa menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi para guru untuk mengevaluasi diri kira-kira di bagian mana kelemahan yang kita miliki sebagai guru dan pendidik. Dalam setiap kegiatan, saya yakin akan ada hikmah dan ilmu baru yang kita dapatkan. Misalnya guru kembali membuka-buka catatan lama mereka atau mencari informasi di berbagai media mengenai pengetahun mengajar mereka. Dengan begini, guru diingatkan kembali dengan kompetensi mereka sebagai pendidik yang mungkin jarang sekali dibaca.

Sedikit usulan dari saya, mungkin pihak penyelenggara UKG bisa mengeluarkan kunci jawaban mereka setelah seluruh kegiatan UKG ini selesai sehingga para guru bisa mengevaluasi letak kesalahan atau kekurangan mereka dalam hal materi kejuruan dan kompetensi pedagogiknya. Hal ini bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi para guru sehingga pengetahuan mereka yang salah tentang sesuatu bisa diperbaiki atau dikritisi.

Tetap semangat untuk para guru yang belum melaksanakan UKG, semoga sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline