Lihat ke Halaman Asli

Jakarta: Kemana Orang Betawinya?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membahas Kota Jakarta yang dicinta sekaligus dicerca memang tak akan pernah ada habisnya. Sebagai ibu kota negara dan ibu kota pemerintahan, Jakarta tidak pernah sepi; sepi dari hiruk pikuk warganya, sepi dari keramaian, sepi dari kemacetan, sepi dari kebisingan. Intinya, Jakarta adalah kota yang tidak pernah mati. Meminjam istilah salah satu iklan produk makanan cepat saji terkenal, Jakarta buka 24/7!

Coba saja Anda berkeliling Jakarta di malam. Memang tidak macet, tapi tidak pula sepi dari keramaian. Sebut saja dunia malam yang memang baru beroperasi petang hingga pagi. Jika dimulai shubuh hingga petang Jakarta di penuhi oleh para pekerja yang mengadu nasibnya di Jakarta, maka mulai petang hingga shubuh giliran para pekerja yang membuang penat dan peluh hasil kerja kerasnya. Ya, itu berlaku untuk sebagian orang saja sih. Tapi sebagian orang penikmat dunia malam Jakarta ini lah yang membuat Jakarta tak pernah mati, 24 jam 7 hari!

Dengan pertumbuhan gedung-gedung bertingkat sebagai perkantoran dan apartemen yang sangat pesat, bahkan melebihi kapasitas ketahanan tanah, lalu kemanakah warga Jakarta asli, yaitu orang Betawi tersingkir? Setelah habis tanah mereka digusur demi untuk kemajuan ekonomi, menurut pemerintah, kemanakah mereka melanjutkan hidupnya?

Walaupun tidak semua, banyak akhirnya warga betawi yang harus menggeser hidup dan kehidupannya ke daerah-daerah pinggiran Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Karena semakin banyak warga Jakarta yang menyingkir, pertumbuhan kota-kota remote itu pun tidak kalah dengan pendahulunya, Jakarta. Jika anda berkunjung ke kota-kota pinggiran Jakarta tersebut, maka anda pun akan menjumpai hal yang sama seperti yang anda temukan di Jakarta. Ada gedung-gedung perkantoran yang menjulang, apartemen, mal-mal yang semakin banyak, kemacetan, keramaian, kebisingan, dan tentunya kebanjiran!

Jika seperti ini, dikhawatirkan warga betawi akan mulai terpecah terhalang letak demografis. Sebelumnya, mereka tentu tinggal berdekatan dengan sanak saudara dekat dan jauh, bahkan berdampingan juga dengan tetangga-tetangga mereka sesama warga betawi. Tetapi ketika mereka tergusur, keluarga itu pun mencari kota-kota tetangga yang menurut mereka paling nyaman untuk ditinggali. Ada yang menggusur ke Bekasi, Tangerang dan Depok. Bahkan ada juga yang menjauh ke kota Bogor. Kalau sudah terpisah begini, tentu semakin sulit bagi warga betawi itu untuk mempertahankan kebersamaan mereka. Karena di tempat barunya, mereka pasti akan berdampingan dengan warga pendatang dari berbagai pelosok tanah air.

Semoga saja, warga Betawi masih tetap bisa mempertahankan dan melestarikan identitas mereka walaupun mereka tidak lagi berdiam di tanah Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline