Baru saja seorang sahabat menyodorkan link tulisannya untuk saya baca dan komentari. Linknya di bawah ini.
https://www.kompasiana.com/heniprasetyorini/5d003a383d68d551ab60a755/bu-saya-sekarang-agnostik
Penulisnya saya kenal baik sebagai sosok ibu yang hebat dan tulisan ini bentuk kegelisahannya sebagai seorang Ibu. Dan jujur, tulisan mbak Heni ini juga membuat saya terhenyak dan mengingat-ingat kembali.
Ingatan saya jatuh pada beberapa orang yang saya kenal pada akhirnya declare jika mereka adalah atheis karena berbagai alasan yang mereka percayai. Dari satu artikel di atas saya tergelitik untuk mencari tahu apakah memang sudah sedemikian banyak orang yang memutuskan untuk menjadi agnostik atau atheis.
Dan ternyata sudah banyak, dan benar apa yang ditulis mbak Heni ada grup grup terbuka yang secara intens membahas dan melakukan "edukasi" tentang kedua hal tersebut. Ada semakin banyak orang yang mulai dari malu-malu hingga terang-terangan mengaku tidak percaya pada sistem agama atau bahkan keberadaan Tuhan.
Lantas pertanyaannya bagaimana bisa hal ini terjadi?
Dari kacamata saya yang kadang buram ini, semakin banyaknya orang yang jengah menganut agama atau mempercayai Tuhan itu karena umat beragama, kita ini, gagal menampilkan wajah kebaikan dan kedamaian pada banyak orang.
Saya akan fokus pada kalimat ini di artikel di atas
Dia menjawab, "yang penting saya berbuat baik kepada orang bu. Saya yakin intinya kehidupan ini begitu bu. Ibu tahu nggak, sebenarnya ajaran Katolik itu persis sama dengan Islam loh bu. Agama lain juga. Yang penting saya yakin kalau Tuhan itu satu. Yaa, monotheisme gitu bu."
Coba berpikir dengan kepala dingin. "Yang penting saya berbuat baik kepada orang" Apakah teman kita satu ini melihat para penganut agama kurang berbuat baik pada orang lain? Pertanyaan kemudian berkembang wajah umat beragama seperti apa yang sekarang ada di Indonesia? Apakah tetap menyebarkan kedamaian dan kebaikan?
Sayangnya iya, sebagian kecil dari kita sebagai umat beragama gagal menunjukkan wajah perdamaian dan kebaikan. Iya hanya segelintir dari kita yang pongah dengan jubah jubah keagamaan sehingga meng-kafirkan atau memandang sebelah mata mereka yang tidak sejalan dan sealiran dengan mereka. Wajah yang orang-orang itu berikan adalah wajah-wajah kebencian, amarah, mulut yang terus merapalkan cacian makian bukan doa suci, tangan yang mengepal ke atas dengan penuh kebencian, tatapan mata tajam yang selayak setan bukan pandangan teduh yang mendamaikan hati.