Singkawang, kota yang dikenal sebagai "Kota Seribu Kelenteng," memiliki perayaan Imlek yang unik dan meriah.
Berbeda dengan perayaan Imlek di kota-kota lain di Indonesia, Imlek di Singkawang kental dengan perpaduan budaya Tionghoa, Dayak, dan Melayu yang mencerminkan keberagaman masyarakatnya.
Setiap tahun, suasana kota berubah menjadi lautan warna merah dan emas. Rumah-rumah, jalanan, hingga kelenteng dihiasi dengan lampion, serta berbagai dekorasi khas Tahun Baru Imlek yang membawa simbol keberuntungan.
Selain itu, kemeriahan Imlek di Singkawang tidak lepas dari ritual keagamaan, pertunjukan budaya, hingga festival spektakuler yang telah menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Malam menjelang Imlek atau "Makan Malam Keluarga" merupakan momen yang sangat penting bagi masyarakat Tionghoa di Singkawang.
Seperti tradisi di Tiongkok, keluarga besar berkumpul untuk makan malam bersama sebagai simbol kebersamaan dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru.
Hidangan yang disajikan pun memiliki makna filosofis yang mendalam, seperti ikan yang melambangkan kelimpahan dan rezeki yang terus bertambah, mi panjang umur sebagai simbol panjang umur dan kesehatan yang baik.
Tak terlewat kue keranjang yang melambangkan peningkatan rezeki dan keberuntungan setiap tahun serta daging babi panggang sebagai simbol kemakmuran bagi keluarga yang mengonsumsinya.
Dalam keluarga yang lebih inklusif dan beragam, seperti keluarga saya, biasanya hidangan halal juga disediakan bagi kami para kerabat atau tamu yang beragama Islam, menunjukkan sikap toleransi yang kuat di antara masyarakat Singkawang.
Setelah makan malam, anggota keluarga biasanya berbagi angpao (amplop merah berisi uang), yang diberikan oleh orang yang sudah menikah kepada anak-anak dan mereka yang belum menikah. Tradisi ini melambangkan doa untuk keberuntungan dan kesuksesan di masa depan.
Pada pagi hari Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa di Singkawang berbondong-bondong mengunjungi kelenteng untuk berdoa dan memohon keberkahan. Salah satu kelenteng tertua dan paling terkenal adalah Kelenteng Tri Dharma Bumi Raya, yang menjadi pusat perayaan keagamaan.