Lihat ke Halaman Asli

Nuning Sapta Rahayu

Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Sebuah Kisah Dibalik Indahnya Pelangi: Jika Kisahku adalah sebuah Film

Diperbarui: 20 Januari 2025   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernah menonton film "The Pursuit of Happyness" (2006), "Wonder" (2017), "I Am Sam" (2001) atau "My Sister’s Keeper" (2009)?

Film-film tersebut mengandung tema perjuangan hidup, cinta keluarga serta keajaiban dan harapan yang terwujud. Kisah-kisah yang menurut saya sangat menyentuh dan menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada ujian hidup.

Jika hidup saya sepanjang tahun 2024 diangkat menjadi sebuah film, mungkin ini akan menjadi perpaduan antara itu semua. Flashback drama yang penuh air mata, perjuangan tanpa henti, dan keajaiban yang membangkitkan harapan. 

Sebuah kisah yang mengajarkan saya bahwa bahwa di balik setiap pencapaian, ada peluh, doa, dan cobaan berat yang menguji ketabahan.

Saya adalah seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) dari sebuah desa kecil di Tasikmalaya. Tahun ini menjadi tonggak luar biasa dalam hidup saya, penuh berkah dan pencapaian yang terasa seperti hadiah dari perjuangan panjang bertahun-tahun.

Namun, jika melihat ke belakang, berbagai pencapaian ini tidak datang begitu saja. Semua itu adalah buah dari kerja keras serta perjalanan berat yang menguji hati dan iman saya dan keluarga.

*Dari Titik Terendah Menuju Cahaya*

Beberapa tahun lalu, keluarga kami pernah berada di titik terendah. Saat putri sulung kami mengalami kecelakaan dan divonis "cacat". Kata yang terlalu kejam untuk diucapkan begitu saja dari mulut seorang dokter orthopedi. Apakah tidak ada "diksi" lain yang dapat dipilih?

Saya, yang sehari-hari bekerja melayani anak-anak berkebutuhan khusus, seolah diberikan Tuhan ujian untuk merasakan langsung apa yang dirasakan para wali murid yang selama ini saya dampingi.

Vonis itu seperti pisau tajam yang melukai hati kami. Hari-hari kami dipenuhi dengan tangis, ketakutan, dan ketidakpastian. Namun, kami memilih untuk tidak menyerah. Fase demi fase kami lalui dengan tekad dan doa yang tiada henti. 

Pengobatan demi pengobatan, lebih dari empat kali operasi besar dari satu kota ke kota lainnya, fisioterapi bertahun-tahun lamanya kami jalani dengan mengorbankan hampir semua yang kami miliki. Kami berbagi tangis, tugas, dan saling menguatkan, bertahun-tahun lamanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline