Pengembangan komunikasi peserta didik autis melalui permainan instruksi dan gerak merupakan salah satu pendekatan efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Aktivitas ini tidak hanya berfokus pada komunikasi verbal, tetapi juga mencakup bentuk komunikasi non-verbal, yang sangat penting untuk peserta didik autis non-verbal. Permainan dikembangkan untuk melatih pemahaman instruksi, koordinasi gerak, serta interaksi sosial dalam lingkungan yang menyenangkan.
Permainan instruksi dan gerak dapat menstimulasi keterampilan bahasa reseptif peserta didik. Aktivitas tersebut dapat diterapkan oleh pendidik, terapis, dan orang tua peserta didik autis. Dr. Temple Grandin, seorang ahli autisme, menyatakan bahwa "strategi berbasis aktivitas fisik tidak hanya membantu meningkatkan keterampilan komunikasi verbal tetapi juga memperkuat bentuk komunikasi non-verbal pada anak-anak dengan autisme."
Pengembangan Komunikasi melalui permainan dapat dilakukan di sekolah, pusat terapi, atau di rumah, baik selama sesi pembelajaran sehari-hari dalam setting klasikal maupun pembelajaran individual. Pelaksanaan kegiatan secara rutin memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membiasakan diri dan berlatih keterampilan komunikasi mereka. Penelitian oleh Schreibman et al. (2015) menunjukkan bahwa "pendidikan yang konsisten dan terjadwal memberikan peluang lebih besar bagi peserta didik autis untuk berkembang dalam berbagai aspek komunikasi."
Permainan instruksi dan gerak tidak hanya membantu mengembangkan keterampilan komunikasi verbal tetapi juga sangat penting untuk peserta didik autis non-verbal. Dengan terlibat dalam permainan yang melibatkan instruksi dan gerakan, peserta didik belajar untuk memahami dan mengikuti perintah, serta berlatih menggunakan bentuk komunikasi non-verbal seperti isyarat, ekspresi wajah, dan penggunaan alat bantu komunikasi. Pendekatan berbasis permainan dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan anak-anak dengan autisme dalam berbagai bentuk komunikasi.
Guru ataupun orang tua dapat merancang atau mengembangkan permainan untuk melatih pemahaman instruksi dan koordinasi gerak, serta berbagai bentuk komunikasi non-verbal. Beberapa contoh permainan meliputi:Permainan "Ibu berkata". Peserta Didik dipandu untuk mengikuti instruksi verbal atau visual dari guru untuk melakukan gerakan tertentu. Misalnya, "Ibu berkata, sentuh kaki" dan seterusnya. Permainan ini membantu peserta didik belajar memahami instruksi dan melakukan gerakan dengan tepat.
Contoh lainnya adalah permainan "Follow the Leader". Guru atau pun orang tua sebagai leader atau pemimpin dapat melakukan berbagai gerakan, dan peserta harus menirunya. Aktivitas ini melatih peserta didik untuk memperhatikan dan meniru gerakan orang lain, serta menggunakan komunikasi non-verbal untuk berinteraksi.Kemudian ada permainan dengan Papan Visual yakni dengan menggunakan papan visual dengan gambar atau simbol tertentu untuk memberikan instruksi. Misalnya, papan yang menunjukkan gambar berbagai gerakan atau aktivitas yang harus dilakukan sesuai instruksi. Ini sangat membantu peserta didik non-verbal dalam memahami dan merespons instruksi.
Aktivitas pengembangan komunikasi melalui permainan banyak melibatkan pengulangan dan variasi untuk memperkuat pembelajaran serta memotivasi peserta didik. Menurut National Autism Center (2015), "penyesuaian dalam pendekatan berdasarkan kemajuan individu sangat penting untuk efektivitas terapi, terutama dalam memfasilitasi komunikasi non-verbal."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H