Dua hari yang lalu, tepatnya 22 Oktober kita memperingati hari Santri. Ketetapan peringatan hari Santri yang dicanangkan oleh Joko Widodo kali ini mengambil tema Menyambung Juang, Merengkuh masa depan.
Ini koheren dengan peristiwa pergantian kepemimpinan yang dilakukan tagl 20 Oktober lalu tepatnya yaitu peralihan presiden dari Joko Widodo - Makruf Amin kepada Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka. Pelantikan presiden baru koheren dengan tema hari santri yang saya maksudkan di sini adalah pasangan pemimpin baru Indonesia terdiri dari Prabowo yang berusia lebih dari 70 tahun disandingkan dengan Gibran yang masih berusia 35 tahun. Artinya Indonesia benar-benar dipimpin oleh pasangan dan tim yang berorientasi paa masa depan dan tidak hanya kekuasaan semata.
Tema peringatan Hari Santri menyiratkan pesan kuat akan harapan dan tanggung jawab yang besar bagi santri dalam mengawal kepemimpinan baru menuju masa depan Indonesia yang damai dan berkeadilan serta bebas dari radikalisme. Tidak itu saja, Indonesia juga punya satu prespektif kebermajuan yaitu Indonesia Emas 2045.
Hari Santri berawal dari imbauan KH Hasyim Ashyari yang menyerukan jihad kepada kaum santri untuk mempertahankan kemerdekaan melawan Sekutu dan Belanda yang membonceng mereka. Fatwa yang dilakukan oleh KH Hasyim Ashyari lalu memunculkan perlawanan di banyak daerah, salah satu puncaknya adalah perlawanan melawan sekutu di Surabaya tepatnya 10 November. Perisitiwa yang dikenang para pasukan sekutu sebagai pertempuran terdahsyat di tanah Jawa. Bagi Indoensia sendiri pertempuran itu adalah upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara.
Momentum hari santri dan pergantian pemimpin yang berprespektif kebermajuan harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Untuk masa depan yang lebih baik dan berorientasi pada kemakmuran dan keberadilan untuk semua anak bangsa.
Ke depan kita harus kritis dan waspada jika ada faham-faham politik yang mengatasnamakan agama yang kemudian dalam prosesnya memecah belah bangsa. Bangsa yang seharusnya kuat, hanya karena fitnahan yang berbau agama kemudian mengambil sikap saling membenci. Yang paling gampang dilihat di sini adalah ajakan untuk terus memelihara rasa benci yang seharusnya sudah selesai saat pemimpin baru terpilih. Sudah saatnya pemimpin baru dan seluruh rakyat bersama-sama untuk membawa indonesia ke arah yang lebih baik dan maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H