Lihat ke Halaman Asli

Nuning Listi

ibu rumah tangga

2022, Indonesia dan Keniscayaan Toleransi

Diperbarui: 9 Januari 2022   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Tuhan menciptakan Indonesia sudah dipenuhi dengan keberagaman sejak dulu. Suku-suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua sudah tidak bisa dhindarkan. Seiring berjalannya waktu, ada masyarakat yang bisa hidup berdampingan dalam keberagaman. Tapi ada juga yang tidak bisa berdampingan dalam keberagaman. Pada titik inilah, pentinnya untuk terus menyebarkan nilai-nilai toleransi, agar bibit intoleransi dalam diri manusia tidak menyebar menjadi radikalisme.

Dalam perjalananya, memang masih ada oknum-oknum tertentu yang mengganggu kedamaian negeri ini. Keberadaan kelompok intoleran dan radikal yang terus memanfaatkan kecanggihan teknologi, menjadi kekhawatiran semua pihak. Saat ini, ujaran kebencian begitu masih berkembang di media sosial. Dulu, kelompok radikal menggunakan hal ini untuk menyebarang kelompok yang berbeda pendangan atau keyakinan. Kini, ujaran kebencian bisa dilakukan oleh siapa saja. Mulai dari masyarakat biasa hingga pentinggi negeri. Mulai dari persoala suka tidak suka, hingga ke persoalan yang sangat prinsipil seperti perbedaan keyakinan.

Banyak pihak yang telah mengingatkan akan pentingnya toleransi di negeri yang majemuk seperti Indonesia. Banyak juga yang telah memberikan teladan. Bahkan, nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila pun, juga mengedepankan nilai-nilai toleransi. Artinya, kita semua pada dasarnya sudah tidak asing lagi dengan toleransi. Kita sudah terbiasa dengan saling menghargai dan menghormati antar sesama. Kita juga bisa berpikir terbuka akan sebuah pemikiran-pemikiran baru.

Propaganda radikalisme dan intoleransi yang begitu masif, memang menjadi tantangan tersendiri di tahun 2022 ini. Kenapa? Karena provokasi ini terbukti bisa mengganggu kerukunan antar umag beragama. Selain itu juga bisa memicu terjadinya konflik yang bisa mengganggu persatuan dan kesatuan negeri ini. Sudah banyak peristiwa yang kita alami semua terkait konflik berbasiskan SARA. Dampak yang ditimbulkan sangat mengerikan. Antar sesama bisa saling menyakiti, bahkan ada yang bisa memicu terjadinya konflik dan meninggalnya seseorang.

Kita semua tentu tidak menginginkan praktek intoleransi ini terus terjadi hingga saat ini. Kita semua tentu tidak ingin antar sesama bisa saling caci, saling menjelekkan atau saling bertikai satu dengan lainnya. Ingat, kita semua adalah bersaudara. Kita semua adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, yang harus saling mengisi, saling membantu dan melengkapi satu dengan lainnya. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Dan semuanya itu merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari.

Mari bersama mewujudkan Indonesai yang damai, tanpa kebencian dan kekerasan. Segala anugerah yang telah diberikan Tuhan, harus kita jaga semua agar kerukuanan ini masih tetap terjaga. Mari perkuat literasi di era kecanggihan teknologi ini, agar kita semua bisa membedakan mana berita hoaks, mana yang tidak. Mari kita terus perkuat pemahaman keagamaan dan kebangsaan, agar kita tidak mudah diprovokasi oleh informasi apapun dan kepentingan apapun. Sekali lagi, keberagaman dan toleransi merupakan keniscayaan, karena itulah jangan melawan keniscayaan yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline