Lihat ke Halaman Asli

Nuning Listi

ibu rumah tangga

Puasa dan Tali Pengendali Kita

Diperbarui: 20 April 2021   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

okezone muslim

Anda pernah naik delman ? Di beberapa kota di Jawa, moda transportasi ini disebut dokar; sebuah kendaraan yang dijalankan oleh seekor kuda untuk mengangkut beberapa orang. Namun moda ini mulai langka digunakan seiring dengan modernitas transport.

Yang menarik dari sebuah delman adalah sang pengemudi delman mengendalikan sang kuda dengan seutas tali dan sebuah pecut seagai pemicu bagi sang kuda. Jika dia menginginkan kuda berlari kencang, maka dia akan memecut kuda berkali-kali sehingga dia berlari kencang. Namun jika sang pengemudi ingin berhenti maka dia akan menarik tali yang menghubungkannya dengan sang kuda. Kuda akan menghentikan larinya.

Sebagai manusia kita tak perlu tali dan pecut untuk membuat kita berlari atau berhenti. Kita punya pengetahuan untuk memikirkan kapan kita berlari atau harus berhenti, entah itu dalam kehidupan termasuk menjalankan keyakinan kita.

Agama punya beberapa kewajian yang harus kita jalani, seperti puasa dan salat pada agama Islam, melakukan beberapa upacara sesuai dengan perkembangan manusia pada agama Hindu, dan beberapa kewajiban lain di agama seperti Kristen (baik Katolik maupun Protestan), Budha, Kong Hu Chu, Shinto dan berapa agama lain. Kewajiban-kewajiban itu bukan sebagai pecut atau tali seperti di delman, tapi sebuah aturan yang tertulis di agama yang dianut dan dijalankan berdasarkan keyakinan dan pengetahuan kita sebagai manusia.

Puasa adalah bentuk nyata dari perwujudan keyakinan dan pengetahuan kita soal agama. Puasa atau disebut juga al-shiyam adalah kata lain dari menahan diri; yanga dalah sebuah ibadah yang wajib bagi kaum muslim. Puasa itu menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami isteri yang dilakukan sejak terbitnya fajar, sampai matahari terbenam

Setiap orang yang menjalankan puasa mendasarkan diri pada yang tertulis dalam wahyu yang diturunkan Allah. Dalam prespektif Islam seperti yang diteladani oleh Nabi Muhammad SAW puasa adalah bentuk menahan diri yang mungkin tak mudah dan sering tidak saja soal tidak makan dan tidak minum, namun juga harus bisa menahan amarah, keputusan yang diwarnai oleh nafsu menguasai orang lain atau kekuasaan yang lebih besar. Pengendalian diri yang merupakan tali pada delman itu harus kita kuasai sendiri.

Bila pengendalian diri itu bisa kita lakukan dengan baik daklam arti kita bisa mengendalikan tubuh dan keinginan kita dari amarah, nafsu dan lainnya, maka proses puasa itu akan mengantarkan kita pada pribadi yang penuh takwa dan akan bermanfaat bagi dirinya senditi maupuan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan pengendalian diri kita akan bisa mewujudkan citra muslim yang baik, bijaksana dan meneladani sang Nabi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline