Lihat ke Halaman Asli

Nuning Listi

ibu rumah tangga

Ini Antivirus Paling Ampuh

Diperbarui: 23 Januari 2021   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

conveyindonesia

Banyak orang mengaumi Indonesia. Bukan saja soal negara dengan kekayaan alamnya, namun dengan pemahaman bahwa Indoesia yang besar dan beragam itu amatlah unik. Seorang mantan Perdana Menteri Malaysia yaitu Mahathir Mohammad menyatakan bahwa sama sekali tidak mudah mengelola Indonesia dengan bermacam keeragamnya, serta alamnya yang merupakan kepulauan yang menantang.

Kita juga harus berterimakasih dengan para founding fathers yang dengan gigih berhasil menyatukan kita semua yang berbeda, dari Sabang sampai Merauka, memang suatu pekerjaan yang sama sekali tidak mudah. Dengan segala pengorbanan dari mereka hingga bangsa yang bersar ini bisa menyatukan hati dan meraih cita-cita bersama.

Hanya saja dalam perjalanannya, bangsa ini mendapat banyak tantangan. Tantangan pertama adalah faham komunisme yang secara nyata akan tumbuh di Indonesia. Memang sosialisme adalah salah satu ideologi yang ada di dunia, namun jika itu diterapkan di Indonesia sama sekali tak cocok karena kita menganut ideologi Pancasila yang secara nyata sudah menunjukkan kecocokan dengan bangsa kita.

Tantangan kedua adalah masa Orde Baru yang sangat represif. Saat kita masuk masa ini, usia kemerdekaan kita 25 tahun. Orde Baru yang panjang dan melelahkan itu kita isi dengan masa yang begitu muram bagi sebagian orang. Sebagian dari kita juga tidak bebas menyuarakan pendapat kita.

Lalu lahir satu masa yang dinamakan reformasi, dimana prespektif kita berbeda dengan saat orde baru. Kemerdekaan berpendapat dijamin secara hukum dan beberapa kelompok seperti kelompok Tionghoa yang lahir di Indonesia mulai dipermudah.

Namun sayangnya ditengah euphoria reformasi itu, kita harus berhadapan dengan beberapa aliran radikalisme yang ternyata sudah tumbuh bahkan saat orde baru . Radikalisme itu berbentuk takfiri, jihadi dan ideologi politik.

Takfiri menjurus pada sikap atau tindakan yang sangat mudah mengkafirkan orang yang tidak sejalan dengan dirinya atau kelompoknya. Virus lainnya adalah jihadi yang berkeyakinan bahwa negara dan aparat adalah musuh terbesar dan mereka berkeyakinan dengan prespektif agama tertentu bahwa jalan pintas untuk melumpuhkan musuh itu adalah dengan kekerasan. Karena itu tak heran dalam beberapa kasus terorisme, penyerangan dilakukan justru dengan obyek kantor atau pos polisi. Bahkan tak jarang mereka juga menyerang polisi yang sedang bertugas.

Virus radikalisme yang terakhir adalah ideologi-politik, yakni radikalisme yang berusaha ingin mengubah dasar, falsafah, konstitusi, dan tata-kelola bernegara dengan sistem khilafah. Ideologi radikalisme yang menganggap bahwa NKRI belum syar'i, sistemnya tidak islami, dan tata kelola dan tata politiknya masih jahiliyah. Ini sangat menyimpang dengan dasar dan falsafah negaa kita, Pancasila, karena negara kita tidak homogen dan  bisa merongrong sendi-sendiri kehidupan manusia baik dalam level bermasyarakat, berbangsa, terutama bernegara

Untuk itu perlu adanya semacam anti-virus, yang dijadikan sebagai penangkal virus radikalisme. Seperti disebut di atas, anti virus itu adalah Pancasila itu sendiri. Pancasila adalah antivirus paling ampuh untuk melawan radikalisme di Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline