Lihat ke Halaman Asli

Nuning Listi

ibu rumah tangga

Ketika Indonesia Kehilangan Ulama yang Penuh Keteduhan

Diperbarui: 17 Januari 2021   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulama Penuh Keteduhan - cendekiapos.com

Menjadi warga negara Indonesia, mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Syekh Ali Jaber. Keinginannya ketika masih tinggal di Madinah adalah berkunjung ke Palestina. Namun beliau justru mendapatkan undangan berdakwah dan menjadi imam di Indonesia. Sampai akhirnya diundang ke istana negara dan mendapatkan tawaran menjadi warga negara Indonesia oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu.

Beberapa tahun kemudian, setelah menjadi WNI, beliau bertemu dengan duta besar Palestina di Indonesia. Sampai akhirnya mendapat undangan ke Palestina sebagai warga negara Indonesia. Tidak hanya bisa mengunjungi masjdil Aqsa, beliau juga berkesempatan menjadi imam di masjidil Aqsa. Sebuah pengalaman yang mungkin tidak bisa dilupakan.

Cerita di atas hanyalah sepenggal kisah saja dari seorang Syekh Ali Jaber. Ulama besar yang patut menjadi contoh. Karena beliau selalu mengedepankan nilai-nilai dalam Islam. Pernah beliau berkata, kalau ingin belajar Islam, belajarlah dari Islam itu sendiri. Sederhananya, ucapan dan perilaku yang beliau lakukan merupakan Islam itu sendiri.

Jika dalam Islam tidak boleh menjelekkan orang lain, tidak boleh mencaci, tidak boleh provokasi, maka jangan lakukan. Jika dalam Islam menganjurkan untuk saling menghargai, menghormati, tolong menolong, maka lakukanlah kepada siapa saja tanpa mempersoalkan latar belakangnya. Seringkali jika kita melihat saat ini, banyak orang menebar kebencian hanya karena perbedaan. Padahal, perbedaan itu merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Dengan adanya perbedaan kita bisa belajar untuk mengerti dan memahami antar sesama.

Tidak sembarangan seseorang bisa mendapatkan gelar ulama. Tidak sembarangan pula seorang ulama dalam bertutur dan bersikap. Segala gerak-geriknya akan dilihat dan mungkin diikuti oleh para pengikutnya. Bagi sebagian orang yang ingin mengenal Islam atau mengenal Rasulullah SAW, selain belajar dari Al-Quran, umumnya mendapatkan pandangan dan pemahaman baru dari seorang ulama. Karena itulah seorang ulama harus bisa memberikan pencerahan tanpa harus menghakimi atau menyalahkan.

Syekh Ali Jaber dalam sebuah dialog mengatakan, penghakiman itu adalah urusan Allah. Manusia tidak boleh saling menghakimi. Bahkan ketika beliau mendapat musibah ketika berdakwah di Bandar Lampung dan ditusuk oleh seorang pemuda, tidak pernah terpikirkan untuk menyalahkan, atau bahkan marah. 

Bagi kita manusia awam, mungkin akan marah apalagi penusukan bisa berpotensi menghilangkan nyawa. Beliau hanya berpikir semuanya sudah merupakan takdir dari Allah. Jika dengan cara marah bisa mengubah takdir, mungkin beliau akan marah. Tapi marah tidak akan merubah takdir dan memberikan manfaat.

Menjadi orang yang bermanfaat itu adalah esensi dari hidup ini. Dan seorang ulama tentu berusaha ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang, bukan bagi kelompok tertentu saja. Dan tentu saja tidak hanya ulama, kita pun juga ingin menjadi orang yang bermanfaat. Setidaknya bagi lingkungan terdekat. Dan untuk bisa menjadi bermanfaat, salah satunya dengan meniru apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Jika kita masih kesulitan, maka lihatlah ulama yang memberikan keteduhan hati. Salah satu ulama yang berusaha untuk mengikuti jejak Rasulullah SAW dan senantiasa memberikan keteduhan adalah, Syekh Ali Jaber. Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline