Lihat ke Halaman Asli

Nuning Listi

ibu rumah tangga

Kita dan Keberagaman Kita

Diperbarui: 2 Januari 2021   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nuonline

Beberapa negara asing memiliki perhatian kepada negara kita. Bukan saja Belanda yang punya keterkaitan sejarah, namun beberapa negara seperti  beberapa negara di Eropa seperti Jerman, Perancis, Inggris dan Australia misalnya punya perhatian khusus kepada Indonesia bukan saja karena politik, tapi juga karena budaya kita yang unik dan kaya dibanding bangsa lain.

Ketertarikan negara-negara itu diwujudkan dengan pendirian lembaga-lembaga kerjasama yang menjembatani keterikatan mereka terhadap bangsa kita. Aus Aid misalnya adalah lembaga donor dari Australia yang memberikan bantuan kepada para pendidik Indonesia dan berbagai penelitian serta kegiatan lainnya.  Begitu juga negara Pernacis, negara ini juga mendirikan lembaga kebudayaan yang menjembatani budaya Indonesia dan Perancis.

Negara Jerman juga begitu. Salah satu lembaga yang punya interest terhadap Indonesia adalah Deutsch Indonesische Gesellschaft (DIG) yaitu lembaga Persahabatan Jerman dan Indonesia. Lembaga ini berdiri sekitar tahun 1950 dan mereka mempromosikan kontak bilateral sera menjembatani kesenjangan antara Jerman dan Indonesia.

Mengutip media pemerintah Jerman berbahasa Indonesia yaitu Deutschewelle  Indonesia, presiden DIG saat ini yaitu Karl Mertes mengaku bahwa dirinya jath cinta pada Indonesia sejak lama. Banyak hal yang membuat dia kagum terhadap Indonesia semisal budaya yang sangat kaya. Istrinya ditulis dalam media tersebut berasal dari Indonesia.

Namun disebutkan di media tersebut bahwa akhirakhir ini dia mendengar hal yang cukup menyedihkan tentang Indonesia adalah soal korupsi dan intoleransi. Hal itu juga ditambah dengan dampaknya yaitu polarisasi. Bagi Karl ini menyedihkan baginya karena diakui atau tidak Indonesia adalah salah satu negara auan bagi keberagaman dan demokrasi. Tak banyak negara yang berhasil mengelola perbedaan mereka, karena hanya karena dua atau tiga etnis yang berbeda, bisa terjadi pertumpahan darah. Hal ini sangat nyata terlihat di Rwanda dimana di masa lalu, suku Hutu dan Tutsi saling berseteru dan sampai terjadi pertumpahan darah yang hebat.

Namun hal ini tidak berlaku bagi Indoensia sampai sekitar lima belas tahun lalu. Namun sekarang polarisasi makin nampak, terlebih saat event politik seperti pemilu digelar. Sehingga solusi dari Presiden DIG adalah sebaiknya Indonesia tetap memegang Pancasila dan memperkuat sistem demokrasi sehingga persatuan tetap terjaga.

Dari cerita ini kita bisa menyimpulkan bahwa banyak pihak yang terkesan dengan Indonesia karena kaum mayoritas bisa berkerjasama dengan kaum minoritas dan menciptakan suasana nyaman antara keduanya. Kini fenomena itu merosot dan yang ada adalah rasa takut minoritas terhadap mayoritas.

Karena itu, mungkin tantangan terbesar pada tahun 2021 ini adalah bagaimana mewujudkan toleransi dan rasa aman yang kuat antara minoritas dan mayoritas. Dengan mewujudkan itu maka inshaalah kita akan menjadi bangsa dan negara yang punya masa hidup yang panjang. Dengan begitu kitas bisa dikenang sebagai bangsa besar yang disegani karena kepiawaiannya mengelola perbedaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline