Akhir-akhir ini provokasi demi provokasi terus bermunculan. Kapanpun dan dimanapun bisa muncul. Tak terkecuali di tempat ibadah, yang selama ini digunakan untuk meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri dengan Tuhan, juga seringkali digunakan untuk menebar provokasi dan kebencian. Bahkan, KPU, Bawaslu dan berbagai pihak ramai-ramai memberikan himbauan, agar tempat ibadah jangan digunakan untuk melakukan kampanye politik. Biar bagaimanapun, tempat ibadah adalah tempat yang netral, yang bisa digunakan oleh siapa saja.
Oleh karena itulah, tempat ibadah tidak hanya untuk beribadah, tapi juga harus menjadi media untuk meningkatkan literasi cinta damai.
Selama ini, seringkali ada oknum tertentu yang menggunakan nilai agama untuk tujuan yang kurang tepat. Dengan pendekatan agama, masyarakat diarahkan untuk saling membenci antar sesama.
Bahkan, untuk urusan politik pun, agama seringkali dibawa-bawa untuk menggalang dukungan. Dan yang lebih miris lagi, ada saja para penceramah yang menjelekkan paslon tertentu dan mengarahkan untuk memilih paslon yang lain.
Hal semacam ini semestinya tidak terjadi. Boleh membicarakan politik sebagai bagian dari update informasi. Tapi jika niatnya sudah mengarahkan, hal itu sudah tidak bisa dibenarkan.
Dalam beberapa survey dan penelitian, sebelumnya juga ada masjid yang digunakan untuk menebarkan propaganda radikalisme. Kini, ketika memasuki tahun politik, masjid juga mulai ramai digunakan untuk menebar pesan-pesan ajakan untuk memilih paslon tertentu. Mari kita hentikan semua ini.
Dalam konteks politik, mari kita dorong umat untuk berpikir logis, dan selebihnya biarkan umat yang menentukan pilihannya untuk memilih paslon yang mereka inginkan.
Selain memperkuat ajaran tentang agama, tempat ibadah juga harus didorong untuk menjadi tempat untuk menguatkan literasi cinta damai. Dalam ajaran setiap agama yang ada di Indonesia, tidak ada yang menganjurkan untuk saling membenci, memusuhi, apalagi melakukan persekusi. Tidak ada pula yang mengajarkan untuk saling memprovokasi.
Faktanya, Indonesia memang berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun, jangan dilupakan juga bahwa Indonesia adalah majemuk. Selain Islam, juga ada Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.
Bahkan di beberapa daerah di pedalaman, masih ada yang menganut aliran kepercayaan. Keberagaman inilah yang harus ditanamkan dalam setiap ceramah di tempat ibadah.
Karena Tuhan menciptakan manusia saling berbeda, maka dianjurkan setiap manusia saling mengenal satu dengan lainnya. Tak peduli apa agama dan latar belakangnya.