Tidak dapat dipungkiri, internet terbukti membawa kemajuan bagi peradaban. Berbagai informasi berkembang melalui internet. Seseorang bisa mengakses informasi apapun, dimanapun dan kapanpun. Kecanggihan internet banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Mulai dari media control melalui e-budgeting, jual beli online, ataupun sistem belajar online. Semuanya bisa dilakukan begitu mudah melalui internet. Karena itulah internet seakan merupakan dunia baru bagi manusia.
Namun, internet juga bisa menjadi berdampak negatif, jika dikendalikan oleh orang tak bertanggungjawab. Teror dunia maya terbukti telah mempengaruhi pola pikir seseorang. Iah, meski masih berusia 17 tahun, dia berani melakukan percobaan bom bunuh diri di gereja Santo Yosef Medan. Remaja ini mengaku terinspirasi dari para jihadis, dan mengetahui tata cara perakitan bom dari internet. Seperti kita tahu, kelompok radikal dan terorisme terus aktif menyebarkan propaganda dan pengaruhnya di dunia maya. Mereka tidak hanya melakukan propaganda, tapi juga mencari anggota baru melalui internet.
Sebelum kejadian di Medan, pelaku peledakan yang terinspirasi dari dunia maya adalah, Leopard Wisnu. Remaja pelaku peledakan mall Alam Sutera ini, membuat bom secara otodidak karena bisa dipelajari melalui internet. Pada 2015 lalu, pelajar SMK Alfakih M. Judi Novaldi, meski baru berusia 18 tahun, melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Dia menyandera adiknya yang masih berusia 6 tahun, dan meminta uang tebusan ke ayahnya, sebesar Rp 300 juta. Sang ayah pun akhirnya melaporkan ke polisi dan Judi ditangkap.
Setelah diperiksa, diketahui Judi diduga sebagai simpatisan ISIS. Polisi menemukan replica AK 56 beserta 3 butir replica magazine, 4 parang, 4 bendera ISIS, baju loreng,dan beberapa atribut ISIS lain. Judi mengaku terinspirasi melalui jejaring media sosial. Dia pun mendapatkan atribut ISIS juga berasal dari media sosial.
Fakta diatas menunjukkan begitu berbahayanya dunia maya, jika dimanfaatkan oleh kelompok radikal. Prapaganda kebencian terhadap kelompok tertentu masih terus mereka lakukan. Tidak hanya berupa tulisan, mereka juga menebar foto dan video dimana-mana. Hal-hal semacam inilah yang mempengaruhi remaja kita.
Hal-hal semacam ini tidak jauh berbeda dengan terorisme dunia maya. Seseorang bisa mudah terpengaruh, dan melakukan kekerasan di dunia nyata. Ketika kekerasan itu dilakukan, doktrin dunia maya itu terbukti berhasil mempengaruhi seseorang.
Mari kita berpikir cerdas, menyikapi perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini. Cerdas dunia maya, perlu ditanamkan pada keluarga kita, agar bisa terhindar dari pengaruh sesat. Konten negatif banyak bertebaran di dunia maya.
Mari tanamkan ke anak-anak, agar selektif dalam memilih informasi. Ajak terus mereka berkomunikasi, setiap selesai mengakses internet. Tanamkan ke anak-anak kita, untuk memberitahukan segala hal aneh, yang mereka temukan di dunia maya. Hal ini penting agar kita tetap bisa melakukan pengawasan, sekaligus memberikan kasih sayang ke buah hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H