Lihat ke Halaman Asli

Nastiti Cahyono

karyawan swasta

Karakter Indonesia Cinta Damai, Stop Provokasi, Hoaks, dan Kebencian

Diperbarui: 8 Maret 2019   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta Damai - mayung.dutadamai.id

Salah satu pendidikan yang sangat penting diperkuat di Indonesia adalah pendidikan karakter. Pendidikan ini merupakan dasar, agar kita tidak lupa dengan karakter kita sebagai warga negara Indonesia. Kepandaian yang kita miliki, harus tetap diimbangi dengan karakter keindonesiaan. 

Sehingga kepandaian yang kita punya, diharapkan akan bisa bermanfaat dan diimplementasikan untuk kepentingan masyarakat luas. Sehingga, saling tolong menolong yang merupakan karakter masyarakat kita akan tetap terjaga.

Dalam kehidupan yang serba modern ini, rasa saling tolong menolong antar sesama memang tidak sepenuhnya berjalan. Terkadang, orang mau menolong hanya karena saudara, karena sama keyakinan, sama sukunya, atau karena persamaan yang lainnya. Kondisi ini diperparah dengan semakin masifnya provokasi, ujaran kebencian, dan berita bohong yang banyak beredar di dunia maya. 

Hanya karena berbeda pandangan, seseorang bisa saling bermusuhan di dunia maya. Hanya karena berbeda pilihan politik, bisa saling mencaci dan memaki. Hanya karena berbeda agama, seseorang bisa melakukan persekusi. Dan karena perbedaan ideologi, bahkan ada yang berani melakukan aksi teror dengan cara apapun.

Dampak dari provokasi, ujaran kebencian dan hoax jelas sekali. Dan lagi-lagi, kita sebagai masyarakatlah yang menjadi korban. Untuk urusan politik, oknum politik bisa menyewa jasa penyebar hoax dan kebencian untuk menjatuhkan lawan politiknya. Masyarakat kemudian terbelah dan saling bersebarangan. 

Dalam konteks demokrasi, berbeda pilihan dan pandangan sebenarnya hal yang wajar karena itu bagian dari kebebasan berpendapat dan berekspresi. Yang menjadi persoalan adalah jika perbedaan itu dipengaruhi oleh provokasi, hoax dan kebencian. Yang menjadi persoalan adalah jika perbedaan itu kemudian diarahkan untuk melakukan tindakan intoleran, menggalang massa untuk melakukan sesuatu. Perilaku inilah yang terkadang masih terjadi saat ini.

Media sosial seringkali digunakan sebagai media untuk menyebarkan provokasi, hoax dan ujaran kebencian. Akibatnya tidak sedikit generasi muda dan masyarakat menjadi korban dari provokasi dan informasi sesat di dunia maya. Masih rendahnya budaya baca dan literasi di tingkat masyarakat, membuat informasi negative itu mudah menyebar dan ironisnya informasi hoax dan hate speech, dianggap sebagai sebuah informasi yang benar. Padahal, informasi yang diyakini benar itu adalah informasi yang salah.

Mari kita saling mengingatkan. Kita adalah warga negara Indonesia, yang mempunyai berbagai macam suku, budaya, agama dan bahasa. Yang memiliki berbagai macam adat istiadat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Namun, dalam keragaman tersebut kita tetap satu, Indonesia. Dalam keragaman tersebut kita tetap saling menghormati dan menghargai. 

Dan dalam perbedaan latar belakang tersebut, kita tetap bisa hidup saling berdampingan satu dengan yang lainnya, tanpa harus saling membenci. Stop menyebar berita bohong, menyebar ujaran kebencian dan melakukan provokasi di media sosial. Mari kita saling berangkulan, saling berdampingan, karena sesungguhnya kita adalah manusia yang cinta damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline