Lihat ke Halaman Asli

Nastiti Cahyono

karyawan swasta

Teruslah Menjadi Generasi Penjaga

Diperbarui: 7 Februari 2016   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kisah-yang-penuh-hikmah.blogspot.com"][/caption]Mungkin diantara kita yang mempunyai adik dari kecil, ingat dengan pesan orang tua, ‘jagalah adikmu baik-baik, jangan sampai nakal.’ Pesan itu selalu diulang dan diulang, ketika sang kakak keluar bersama adiknya. Ucapan serupa, selalu dilontarkan kepada sang adik, jika kakaknya sakit, ‘jaga kakakmu baik-baik ya.’ Secara tidak langsung, orang tua kita sudah mengajarkan agar kita saling menjaga satu sama lain. Saling melindungi satu sama lain.

Ketika ketika beranjak dewasa, orang tua juga sering mengatakan ‘jaga diri baik-baik.’ Kenapa? Karena di usia remaja bisa jadi masanya banyak godaan dan mudah tergoda. Lihat saja, generasi muda kita saat ini. Informasi apa saja di makan. Ada yang menelannya mentah-mentah, tapi ada juga yang mencernanya secara hati-hati. Ada juga generasi muda yang suka berkelahi, untuk melampiaskan amarahnya. Tapi ada juga generasi muda yang suka menciptakan sesuatu, sebagai bentuk pelampiasan ekspresinya. Artinya, apa yang dilakukan di usia muda, bisa dalam bentuk positif atau negatif. Namun, lagi-lagi orang tua kita sudah mengingatkan agar kita saling menjaga.

Peringatan orang tua ini, tentu akan sangat berarti, jika dari awal kita sebagai generasi muda menyadarinya. Masa muda harus terus memberikan manfaat. Jika masa mudamu berjalan kelam, saatnya mulai merubah. Mumpung usiamu masih muda. Dan tidak ada kata terlambat untuk berbuat baik.

Generasi muda merupakan generasi penerus. Ditangan mereka lah, perubahan itu akan mengarah kemana. Bung Karno sempat menyatakan, 10 pemuda akan bisa mengguncang dunia. Kekuatan kaum muda memang tidak bisa dianggap remeh. Ingat Budi Utomo? Organisasi modern pertama ini, juga digagas kaum muda. Yang mendorong Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan, juga dilakukan oleh kaum muda. Sekali lagi, generasi muda merupakan aset. Tinggal kita mau mengarahkan aset ini untuk hal yang baik atau buruk.

Mungkin kita juga masih ingat sosok Bahrun Naim, yang kemarin disebut sebagai dalang dalam pengeboman di Thamrin, Jakarta Pusat. Begitu jelas wajah pelaku teror, yang masih muda-muda itu. Dengan santai memegang pistol dan langsung menembakkan ke arah polisi. Mungkin kita juga tidak lupa, bagaimana kaum muda radikal di beberapa kota, yang selalu meneriakkan kebencian, hanya karena berbeda paham. Yang selalu melakukan sweeping, memukul, hanya karena berbeda.

Tentu, bukan generasi yang semacam itu, yang diharapkan para orang tua. Ingat, sejak kecil kita sudah diarahkan menjadi generasi penjaga. Menjaga adik-adik kita, atau menjaga keluarga kita. Ketika remaja, kita diajarkan untuk menjadi generasi penjaga masa depan. JIka harapan ini dirusak dengan perilaku radikal yang mengarah tindakan teror, tentu hal ini sangat merugikan. Bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga bangsa, karena telah kehilangan masa depan generasi penerusnya.

Jadilah generasi mudah yang diharapkan orang tua. Dan jadilah seperti 10 pemuda, yang diharapkan bisa menggoncang dunia itu. Jangan jadi generasi perakit bom, yang bisa menggoncang kemanusiaan. Mari, kita belajar dari peristiwa bom Thamrin. Pelakunya anak muda. Namun yang melawannya juga kebanyakan generasi muda. Meme kami tidak takut langsung menghiasi dunia maya. Dan hasilnya, semua orang bersatu, solidaritas berdatangan, karena kita sudah bisa menjaga. Menjaga negeri ini dari segala bentuk kekerasan. Maka, teruslah menjadi generasi penjaga. ­­

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline