Lihat ke Halaman Asli

Nunik Soewarno

Ibu rumahtangga

Bukan Hanya Dihafal Sayang

Diperbarui: 4 Agustus 2024   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Bukan Hanya Dihafal, Sayang

Nunik Umma Fayha

Mataku membelalak tak bisa lepas memandang sesosok makhluk cantik yang baru saja masuk ruangan penuh undangan ini. Kerudungnya dililit ke leher, bajunya modis panjang sebetis dari bahan sutera tipis melayang di atas legging semata kaki.

Oh, tidak! Apakah aku tidak salah lihat???

Hanya beberapa tahun tak bertemu, sebesar ini perubahan dirinya. Lelaki yang terus menempel di sampingnya, suaminya, tampak bangga saat puluhan pasang mata melihat dengan kegum pada mereka. Cantik dan gagah. Pasangan serasi yang mengundang decak kagum.

Nesya yang kukenal dulu, gadis tomboi pada awal ABG yang minta sendiri masuk pondok saat SMP berlanjut sampai SMA. Lulus SMA dia kuliah di Yogya sambil mondok untuk menyelesaikan hafalan 30 juz-nya.  Alhamdulillah mendapat kemudahan menyelesaikan hafalan selama satu semester. Aku ikut bangga menjadi temannya. Ada temanku yang Hafidzah

Tahun berikutnya dia pindah kuliah dan mulai aktif berorganisasi. Kepintaran bicara membuatnya sering menjadi tim debat dan ikut berbagai kompetisi. Sampai saat itu aku sudah loose contact dengannya. Dan ketika mendengar kabar pernikahannya kebetulan aku tidak bisa hadir. 

Hari ini setelah sekian lama tidak bertemu Nesya shalihah, aku harus terperangah melihat perubahan drastisnya. Dadaku masih berdegup keras memikirkan pemandangan mencolok tadi sampai tidak sadar dia yang sedang memenuhi pikiranku sudah ada di depanku dengan senyum lebar dan tangan terkembang siap memelukku seperti dulu biasa dia lakukan

"Fay... !!! Duh kangennya aku sama kamu," tangannya erat memeluk sambil menatap lekat diriku. Wajahnya sumringah dengan mata bahagia. Aku sampai gelagapan menerima serangan mendadaknya.

"Eh, oh, iya...sama. aku kangen juga. Kamu apa kabar? Sudah berapa tahun kita ga ketemu. Maaf ya, ga bisa hadir di hari bahagia kamu," aku yang sudah mulai menguasai perasaan berusaha mengimbangi bahagianya. Meski ada desir perih di hati melihat perubahan Sahabatku ini. Laki-laki yang dari tadi mengekor di belakangnya mengulurkan tangan untuk bersalaman hanya kuberikan senyum sambil menangkupkan tangan. Agak tersipu dia menarik tangan membalas menangkupkan tangan pula.

"Aga, suamiku," kata Nesya, memperkenalkan sambil matanya mencari-cari seseorang
"Mana Awang? Kok ga kelihatan?" selidiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline