"Say, gw mau ketemu mantan gw, boleh ya?" nada suaraku memohon plus merayu berkolaborasi. "Ha! MAKSUD LO?" Suara kanjeng langsung meninggi. Walau kami bercakap-cakap lewat telephon, aku bisa membayangkan, kalo ditulis lewat SMS pasti huruf raksasa semua. "Ya, ketemu mantan pacar gw dong say, emang gak boleh?" Aku menjawab tanpa beban, pura-pura gak peduli dengan kegusaran kanjeng. "HEyy.. LU HARGAIN GW doNK!!! AKU NI siaPA?" "Kanjeng suami gw, sahabat gw, ayah dari anak anak gw" "Trus ngapain mau nge-date ama MANTAN? MAU CARI MASALAH?" "Ahhhh masalah apa si say, kangen ajah" "APAAAAAAA!!! KANGEN??? POKOKNYA GW GAK IJININ" "Weeeeewww gak adil dong say, bulan kemaren say ketemu mantan pacar, itu ga minta ijin gw. Sekarang setidaknya gw kan dah ada itikad baek minta ijin. Okeyyy beibbb? MMuaaahhh.. " "HOIIII hOIii.. " Aku menutup panggilan, sebelum mendengar teriakan kanjeng lebih panjang. **** sYALALLALALALALLALALALAL... bolak balik hp ku berbunyi. Kanjeng masih sepertinya masih belum puas dengan pembicaraan kami. click.. SMS masuk dari kanjengn LO DIMANA. PULANG SEKARANG, JANGAN ANEH ANEH click INGET, PULANG!! cliick LO BOLEH GAK NGANGGEP GW. TAPI INGET ANAK ANAK.. Aku tersenyum. SMS-SMS lain dari kanjeng masuk tanpa jeda. Tapi aku gak berniat membalasnya. **** Dari jauh aku sudah melihat sosoknya. Kulit sawo matangnnya, mengkilat karena nakal sinar matahari memantul pada keringat pada permukaanya. Mukanya nampak gundah, seperti ada yang sedang dipikirkan. Sesekali ia mengibaskan tangannya, membuang serangga-serangga kecil yang menempel di lengan bajunya. Serangga pergi, balik lagi dengan kesibukannya. Dengan telaten dibersihkannya lumut-lumut yang menempel pada pohon sawit di depannya. "Sayyyyyyyy" Aku berdiri di belakangnya. "Lho?" Kanjeng tampak terperanjat melihat kehadiranku. "Gak jadi, janjian ama mantan pacarmu?" Ahhhh gaya bicara kanjeng terdengar ngledek banget. "Lu dah pikirin masak-masak kan, kalo gw tetep paling GANTENG" kali ini gaya bicara kanjeng terdengar jelas sombongnya. "Emang mau ketemu mantan yang mana?" Tak memberi kesempatan aku menjawab kanjeng terus bertanya. "Heheh.. emang mau tau? emang gak cemburu?" "Yang mana? gw kenal gak? ato perlu gw bawain golok?" "hahahaha.. berat si ngasih tau sayy.. mantan gw yang ntu.. yang DI DEPAN GW hahahhhah" Kanjeng mengernyitkan keningnya.. tapi cuma sebentar "TAEK ah.. bikin gw emosi ajah" seberkas sinar cerah membuang kegundahan di wajahnya. "Mau ngapain ke sini? ama siapa lu?" "Mau kencan ama MANTAN gw.. hhehehhe sekalian ngirim SAYUR KUNCI ama TELOR PENYET kesukaan MANTAN GW, belum makan siang kan?" "iyaaa neh laper, eh dianter sapa nyampe sini?, HAyooo?" "Pake mobil boz" "EMang bisa bawa?" "AHHH cincaiii, mobil boz kan metik" "Metik apaan? sawit terong ato kacang" "Ah memetik hatimu saja say" Angin sepoi, matahari meredup, membuat suasana makin pas buat berkencan. kami makan bersama. Disaksikan sawit-sawit yang ikut menari.. Ahhhhh sayang kebon sawit orang hahayyy.. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Say, pinjem gambarnya yaaaa"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H