Lihat ke Halaman Asli

Nuni Nurajizah

Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru Universitas Ahmad Dahlan

Layanan Bimbingan Kelompok sebagai Upaya Pencegahan Nomophobia pada Siswa SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta

Diperbarui: 26 Oktober 2023   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nuni (2023)

Pada era digitalisasi ini seluruh masyarakat telah menggunakan berbagai teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk teknologi informasi dan komunikasi kini telah berkembang begitu pesat. Bentuk media teknologi informasi dan komunikasi masyarakat menyebutnya sebagai smartphone atau telpon pintar yang dapat digunakan berbagai macam aktivitas. Tidak hanya untuk berkomunikasi, smartphone kini digunakan sebagai media hiburan, pendidikan dan pembelajaran, perekonomian, hingga politik. Adanya berbagai macam fungsi ini masyarakat Indonesia khususnya, menjadi lebih nayamn untuk berinteraksi melalui smartphone dan menjadi sebuah gaya hidup.

Smartphone saat ini digunakan oleh seluruh kalangan di masyarakat termasuk pada kalangan pelajar yang notabene mereka masih pada usia remaja. Siswa menggunakan smartphone ini sebagai media penunjang dalam belajarnya dan mencari informasi seluas-luasnya tentang pengetahuan yang belum mereka ketahui. Termasuk di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, siswa di sekolah swasta terbaik di Yogyakarta ini merupakan pengguna aktif smartphone. Di sekolah penggunaan smartphone ini sangat dibatasi, dan sekolah memiliki at

Pada era digitalisasi ini seluruh masyarakat telah menggunakan berbagai teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk teknologi informasi dan komunikasi kini telah berkembang begitu pesat. Bentuk media teknologi informasi dan komunikasi masyarakat menyebutnya sebagai smartphone atau telpon pintar yang dapat digunakan berbagai macam aktivitas. Tidak hanya untuk berkomunikasi, smartphone kini digunakan sebagai media hiburan, pendidikan dan pembelajaran, perekonomian, hingga politik. Adanya berbagai macam fungsi ini masyarakat Indonesia khususnya, menjadi lebih nayamn untuk berinteraksi melalui smartphone dan menjadi sebuah gaya hidup.

Smartphone saat ini digunakan oleh seluruh kalangan di masyarakat termasuk pada kalangan pelajar yang notabene mereka masih pada usia remaja. Siswa menggunakan smartphone ini sebagai media penunjang dalam belajarnya dan mencari informasi seluas-luasnya tentang pengetahuan yang belum mereka ketahui. Termasuk di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, siswa di sekolah swasta terbaik di Yogyakarta ini merupakan pengguna aktif smartphone. Di sekolah penggunaan smartphone ini sangat dibatasi, dan sekolah memiliki aturan sendiri dalam penggunaanya. Siswa tidak diperbolehkan menggunakan smartphone selama pembelajaran kecuali guru menggunakannya sebagai media untuk belajar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa siswa di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta memiliki interaksi yang berlebih akan penggunaan smartphonenya. Hal ini dibuktikan melalui wawancara terhadap 10 siswa kelas VIII dimana mereka menghabiskan waktu 7 -- 14 jam dalam sehari untuk bermain smartphone. Rata-rata mereka mengakses berbagai platform media sosial yang notabene adalah media hiburan. Melalui wawancara tersebut juga siswa belum mampu untuk mengendalikan dirinya dalam penggunaan smartphone apabila tidak ada faktor lain yang mengaruskan dia berhenti untuk bermain smartphone.

Fenomena ini tentulah perlu menjadi perhatian guru BK di sekolah, yang mana akibat terlalu berlebihan dalam  interaksi dengan smartphone akan menimbulkan kecanduan yang dialami oleh siswa, bahkan siswa beresiko untuk mengalami nomophobia. Nomophobia merupakan suatu kecemasan berlebih yang dialami oleh individu ketika dia tidak bisa berjauhan dengan smatphone. Hal ini tentunya akan menganggu setiap proses kehidupannya termasuk dalam proses belajar, interaksi dengan sosial, dan pengembangannya dirinya. Adanya fenomena ini guru BK perlu bertindak dan mencegah agar dampak dari adanya smarphone ini tidak berujung ke arah dampak negatif. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi altenatif bagi guru bimbingan dan konsling untuk memberikan edukasi kepada peserta didik tentang bahanya nomophobia dan mengenal bagaimana seseorang dapat mengalami nomophobia. Hal ini dapat menjadi salah satu layanan yang bersifat prefentif sebagai upaya pencegahan nomophobia.

Di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, telah terlaksana layanan bimbingan kelompok dengan media nomocard yang digunakan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang nomophobia. Layanan bimbingan kelompok ini mengangkat tema "Ayo Mengenal Nomophobia" dengan model/metode layanan yaitu discovery learning. Dengan menggunakan media nomocard, media ini dapat membantu siswa dalam memahami secara langsung apa itu nomophobia. Layanan bimbingan kelompok ini diikuti oleh 10 orang siswa dan satu guru bimbingan dan konseling sebagai pemimpin kelompok. Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya yaitu agara siswa mampu menganalisis fenomena nomophobia yang ada di lingkungan sekitar mereka, siswa mampu membangun pengetahuan tentang nomophobia berdasarkan hasil identifikasi dan pengumpulan informasi tentang nomophbia, dan siswa mampu mengintegrasikan pengetahuan yang didapat dengan pengelaman pribadi tentang fakta-fakta nomophobia.

Guru BK di SMP  Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tahap ini telah melaksanakan sebuah layanan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan nomophobia pada siswa. Namun upaya ini tidak cukup hanya sebatas dalam layanan bimbingan kelompok, guru BK perlu mengembangkan kembali strategi layanan yang dapat dilakukan untuk mencegah nomophobia pada siswa agar siswa tidak terjerumus pada dampak negatif dari adanya smartphone dan diharapkan siswa mampu memanfaatkan teknologi ini sebagai media yang bermanfaat dan mampu menumbuhkan jiwa kreatif dan kritis dalam kehidupannya sehari-hari.

ran sendiri dalam penggunaanya. Siswa tidak diperbolehkan menggunakan smartphone selama pembelajaran kecuali guru menggunakannya sebagai media untuk belajar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa siswa di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta memiliki interaksi yang berlebih akan penggunaan smartphonenya. Hal ini dibuktikan melalui wawancara terhadap 10 siswa kelas VIII dimana mereka menghabiskan waktu 7 -- 14 jam dalam sehari untuk bermain smartphone. Rata-rata mereka mengakses berbagai platform media sosial yang notabene adalah media hiburan. Melalui wawancara tersebut juga siswa belum mampu untuk mengendalikan dirinya dalam penggunaan smartphone apabila tidak ada faktor lain yang mengaruskan dia berhenti untuk bermain smartphone.

Fenomena ini tentulah perlu menjadi perhatian guru BK di sekolah, yang mana akibat terlalu berlebihan dalam  interaksi dengan smartphone akan menimbulkan kecanduan yang dialami oleh siswa, bahkan siswa beresiko untuk mengalami nomophobia. Nomophobia merupakan suatu kecemasan berlebih yang dialami oleh individu ketika dia tidak bisa berjauhan dengan smatphone. Hal ini tentunya akan menganggu setiap proses kehidupannya termasuk dalam proses belajar, interaksi dengan sosial, dan pengembangannya dirinya. Adanya fenomena ini guru BK perlu bertindak dan mencegah agar dampak dari adanya smarphone ini tidak berujung ke arah dampak negatif. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu strategi altenatif bagi guru bimbingan dan konsling untuk memberikan edukasi kepada peserta didik tentang bahanya nomophobia dan mengenal bagaimana seseorang dapat mengalami nomophobia. Hal ini dapat menjadi salah satu layanan yang bersifat prefentif sebagai upaya pencegahan nomophobia.

Di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, telah terlaksana layanan bimbingan kelompok dengan media nomocard yang digunakan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang nomophobia. Layanan bimbingan kelompok ini mengangkat tema "Ayo Mengenal Nomophobia" dengan model/metode layanan yaitu discovery learning. Dengan menggunakan media nomocard, media ini dapat membantu siswa dalam memahami secara langsung apa itu nomophobia. Layanan bimbingan kelompok ini diikuti oleh 10 orang siswa dan satu guru bimbingan dan konseling sebagai pemimpin kelompok. Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya yaitu agara siswa mampu menganalisis fenomena nomophobia yang ada di lingkungan sekitar mereka, siswa mampu membangun pengetahuan tentang nomophobia berdasarkan hasil identifikasi dan pengumpulan informasi tentang nomophbia, dan siswa mampu mengintegrasikan pengetahuan yang didapat dengan pengelaman pribadi tentang fakta-fakta nomophobia.

Guru BK di SMP  Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tahap ini telah melaksanakan sebuah layanan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan nomophobia pada siswa. Namun upaya ini tidak cukup hanya sebatas dalam layanan bimbingan kelompok, guru BK perlu mengembangkan kembali strategi layanan yang dapat dilakukan untuk mencegah nomophobia pada siswa agar siswa tidak terjerumus pada dampak negatif dari adanya smartphone dan diharapkan siswa mampu memanfaatkan teknologi ini sebagai media yang bermanfaat dan mampu menumbuhkan jiwa kreatif dan kritis dalam kehidupannya sehari-hari.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline