Siang Guan Lie yang sekarang sudah diganti namanya menjadi KH. Kholid Nawawi yang merupakan salah satu Mualaf kelahir Beijing Cina yang memiliki Orang Tua berasal dari Cina (Beijing) dan Indonesia (Menado) kedua Orang Tuanya tersebut memiliki Agama yang berbeda yakni Ibunya Lie Siuling Giok Sin beragama Kong Hu Chu sementara ayahnya Albertus Agustinus Sibonggas beragama Kristen Protestan yang keduanya merupakan seseorang yang sangat taat beragama dan bahkan ayahnya merupakan Pendeta di Gereja Karasula, Pelabuhan Belitung, Kota Menado Sulawesi Utara.
Ketika berumur 14 Tahun pada waktu itu, Siang Guan Lie bermimpi masuk kedalam alam yang belum pernah dijumpainya yakni kalau menurut pada ajaran Islam kemungkinan besar itu adalah alam Mahsyar dimana ketika masuk kesana, dia langsung terkaget – kaget ketika melihat jembatan yang sangat panjang dibawahnya sungai dengan api menyala – nyala dan didalam api tersebut banyak sekali hewan – hewan besar dan buas namun berkalungkan api yang menyala – nyala, belum sempat sadar dari kagetnya tersebut Siang Guan Lie juga melihat segerombolan orang yang berkulit hitam mandi di salah satu Sungai lainnya yang mengeluarkan bau yang wangi akan tetapi yang membuat aneh justru ketika sudah mandi mereka keluar dengan kulit yang putih serta senyum yang berseri – seri. Tidak mau ketinggalan, Siang Guan Lie langsung turun dan mandi di sungai yang wangi tersebut, bukan wangi serta senyum yang berseri – seri yang ia dapatkan malah tubuhnya melepuh serta mengeluarkan bau yang tidak sedap, Setelah merasakan bau tersebut akhirnya dia lari menjauhi Sungai tersebut sampai pada akhirnya mendengar suara yang sangat keras menyuruhnya untuk memilih Lima tempat Ibadah yang terlihat jelas didepan matanya yakni ada Gereja, Kuil, Mesjid, Kelenteng serta Pura lantas sebagai orang yang sudah di Baptis masuk ke agama Kristen Protestan secara spontan ia memilih masuk ke Gereja setelah masuk dia malah mendapatkan Neneknya sedang dipanggang didalam Gereja tersebut serta Nenek itu berkata agar dia mencari Allahu Akbar. setelah tersadar dari Mimpi panjangnya tersebut keesokan harinya masih dalam keadaan belum sadar total beberapa Saudaranya yakni anak yang ke 5, ke 6 dan ke 7 dari Sepuluh bersaudara datang menghampirinya untuk bertanya kenapa Siang Guan Lie dari pagi teruslah terlihat murung seperti ada permasalahan yang dipendam, tanpa banyak basa – basi kakanya bertanya hal tersebut dan Siang Guan Lie menceritakan tentang mimpinya tersebut. Yang menjadi keanehan tersendiri ternyata mimpi yang dialaminya juga terjadi dengan Ketiga kakanya yang semuanya Perempuan dan dengan nuansa sedih serta kebingungan ke – Empat saudara tersebut saling rangkul dan berjanji akan pergi mencari Allahu Akbar.
Sampai suatu ketika, Neneknya yang diceritakan ada dalam Mimpi tersebut meninggal Dunia lantas Siang Guan Lie beserta seluruh keluarganya pergi kerumah Neneknya di Celincing, Tanjung Priuk, Jakarta untuk mengikuti upacara pembakar Mayat Neneknya. Ketika sudah Dua Hari di Jakarta mereka Berempat meminta ijin kepada Kakeknya untuk jalan – jalan kedepan rumah dan tampak didepan rumah Kakeknya pada jam 18.00 banyak sekali Orang Muslim yang bergerombol datang ke Mesjid akan tetapi karena mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh orang – orang tersebut maka mereka bersepakat untuk mengikutinya dan sesampainya di Mesjid mereka barulah menemukan apa yang disarankan oleh Nenek dan Pamannya ketika dalam Mimpi yakni ketika Muadzin mengumandangkan Adzan ada kalimat Allahu Akbar – Allahu Akbar tersentak kagetlah mereka, dan saling tatap dalam hati masing-masing mereka berbicara ternyata Allahu Akbar ada di Jakarta sontak saja mereka ikut masuk kedalam Mesjid karena tadinya mereka berdiri diluar saja, setelah umat Muslim Shalat berjamaah mereka berusaha mencari Allahu Akbar karena dalam pemikiran mereka Allahu Akbar tersebut berwujud dan wujudnya itu adalah besar setelah beberapa menit mereka mencari Allah ternyata tidak ditemukan. Siang harinya mereka bersepakat untuk membeli pakaian – pakaian yang sering dipakai oleh orang Muslim ketika akan masuk ke Mesjid, setelah masuk Magrib mereka datang kembali ke Mesjid kali ini tidak lagi mencari Allahu Akbar diluar akan tetapi masuk dan ikut Shalat dengan Umat Islam termasuk juga mereka ikut – ikutan Berwudu. Ketika jamaah yang lain sedang ruku dan sujud mereka malah terus mencari Allahu Akbar dengan harapan akan muncul didepan orang – orang yang sedang Shalat ternyata tetap tidak ada.
Setelah shalat selesai, mereka pulang kerumah Kakeknya orang tua beserta kakeknya sudah menunggu di gerbang Rumah menunggu mereka karena memang kunci gerbang beserta rumah mereka yang memeganggnya, dari situlah dimualianya penyiksaan – penyiksaan dari Kedua Orang Tuanya, ketika datang mereka langsung ditanya dari mana serta habis ngapain saja, sontak saja keempat saudara tersebut berkata Allahu Akbar Orang Tuanya yang jengkel mendengar kata – kata yang keluar dari mulut anaknya tersebut langsung dipukuli serta kepala mereka berepat dibentur – benturkan ke tembok, tidak puas dengan penyiksaan tersebut ornag tuanya memasukan Siang Guan Lie ke lemari es tempat Mayat selama semalaman penuh. Didalam lemari tersebut, mereka kedinginan karena seluruh pakaian mereka dilucuti layaknya mayat yang akan di Balsem.
Siksaan demi siksaan terus mereka alami, mereka digusur mengunakan mobil, tidak sampai disitu siksaann yang mereka alami, dilantai 4 rumahnya dimna disitu tempat pengeringan daging babi mereka dijemur, bahkan salah satu dari mereka ada yang diiris organ vitalnya, hujan beserta petir menemani mereka degan rasa sakit yang menjerat tubuh mereka, lantai empat pun menjadi merah karena darah mereka tersiram hujan.
Dengan penuh keyakinan untuk mempertahankan apa yang mereka yakini ditengah guyuran Air hujan mereka berdoa kepada Allah agar membebaskan mereka dari belenggu siksaan Orang Tuanya dan akhirnya diperkirakan jam 4 Pagi mereka mencoba melepaskan ikatan yang dililitkan oleh orang tuanya semenjak siang tadi, satu persatu tali tersebut dapat dilepas dan kemudian mereka bertekad untuk kabur tapi bagaimana caranya kata seorang saudaranya yang lain, kemudian mereka mempunyai inisiatif untuk menyambung tali bekas lilitan tadi untuk turun dari Lantai 4 rumahnya tersebut karena pada waktu itu tidak mungkin kalau kabur dengan masuk rumah terlebih dahulu karena semua pintu dikunci. Alhasil tali temali tersebut sudah tersambung dan mereka Berempat turun secara bergantian setelah semua dapat turun dengan luka masih bersemayam di tubuh mereka akhirnya merek menuju Pelabuhan Bitung yang tak jauh dari rumahnya dengan harapan mereka dapat kabur ke Jakarta.
Dari situlah dimulai perjalanan mereka demi mencari agama yang hendak merka ikuti, perjalanan merka sangatlah menyedihkan pasalnya mereka harus harus tidur di kolong jembatan dan mengamen dulu untuk bisa pergi ke jakarta, merka pun sempat mengikuti grup tarling yoyon sudaryo, namun setelah beberapa bulan bergabung mereka pun meneruskan kembali pencarian agama tersebut.
Sehingga dalam perjalanan cirebon ke jakarta mereka melihat orang-orangyang bergerombol sehingga menarik hati mereka untuk mendatangi tempat berkumpulnya orang-orang muslim itu, orang-orang berkerumunan tersebut seolah – olah memberikan ruang kepada mereka untuk naik ke atas panggung dan ternyata disana ada banyak Ulama Islam terkenal bahkan dari Kota Serang pun ada di atas panggung itu lah mereka bercerita kepada salah seorang Ulama dan Ulama tersebut menuntun Mereka untuk membacakan Dua Kalimat Syahadat lantas tiba – tiba suasana yang tadinya penuh denga kebisingan sentak saja semua Warga yang teryata tengah merayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut segera bershalawat menyambut kedatangan Empat Orang yang tadinya beragama Kristen Protestan resmi menganut Agama Islam.
Kehidupan keempat Mualaf tersebut terpisah – pisah ada yang hidup di Balaraja, Subang dan Bekasi sementara untuk Siang Gian Lie bermukim di Pandeglang – Banten yang sekarang sudah mendirikan Yayasan Nurhidayat yang bergerak di bidang sosial yakni dengan mengurus anak – anak Yatim – Piatu, Fakir Miskin serta Duafa dan anak yang di asuhnya tersebut bahkan sudah mencapai Ribuan orang. Siang Gian Lie yang menjadi ulama besar dengan gelar Kyai Haji Holid Nawawi sudah melakukan dakwah – dakwah keagamaan bukan hanya di dalam Negeri tapi sudah juga berceramah ke Malaysia, Singapura dan bahkan ke Kuwait.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H