Lihat ke Halaman Asli

Bapak

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini bapak Saya tercinta menginjak usia yang ke 63. Sempat terpikir oleh saya bahwa beliau tidak bisa merayakan ulang tahun di tahun ini. Sungguh pemikiran yang kejam, memang. Saya hanya menyangka beliau tidak akan mampu melawan kanker laryng yang sudahh mendera fisiknya selama 6 tahun ini. Tapi saya salah, sangat salah. Bapak masih bisa bertahan, meski dengan segala keterbatasannya. Beliau tetap mampu bercengkerama dengan cucu-cucunya meski dari mulutnya sudah tidak bisa keluar kata-kata. Bahkan si kecil Nanda juga bisa tergelak dengan segala aksi kocak eyang Kakungnya.

Saya jadi teringat cerita Paklik saya tentang masa kecil Bapak. Bapak terlahir sebagai anak laki-laki kedua dari duabelas bersaudara. Dengan begitu banyak anggota keluarga yang harus dihidupi, eyang Kakung saya pun harus bekerja keras. Di tengah berbagai kesulitan itu, datanglah cobaan yang berat itu. Eyang Kakung saya divonis menderita penyakit liver. Dengan adanya penyakit ini, beban keluarga semakin berat, mengingat kakak-kakak Bapak juga belum semuanya "mentas". Bahkan Bapak masih punya adik yang masih bayi. Jadilah Bapak saya ikut bekerja di sela-sela waktu sekolahnya. Di usianya yang masih belasan, Bapak sudah bekerja menjadi tukang bubut. Berurusan dengan alat-alat berat. Harus berpikir bagaimana membantu Eyang Kakung menghidupi keluarganya. Beban makin berat tatkala Eyang Kakung akhirnya menghadap Yang Kuasa. Dengan status Eyang Kakung yang menjadi pegawai bagian kesehatan di Angkatan Darat, uang pensiun yang diterima Eyan Putri tidak mencukupi untuk menghidupi keluarganya. Bapaklah, sebagai salah satu anak laki-laki tertua, yang maju menggantikan peran Eyang Kakung.

Sembari melanjutkan sekolah SMEA, Bapak bekerja di Kantor Inspeksi Pajak. Dengan berbekal ijazah SMP, Bapak memulai pekerjaannya dengan menjadi pegawai suruhan. Tiap bulan, diberikan uang gaji Bapak untuk Eyang Putri, untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya. Tahun demi tahun, sampai akhirnya Bapak bertemu dengan Ibu dan akhirnya menikah, kewajiban kepada keluarga tetap dijalankan oleh Bapak. Saya teringat cerita Ibu, bahkan di hari pernikahan beliau berdua, ternyata Bapak tidak punya tabungan sepeser pun! Alhamdulillah, dengan segala kemudahan yang diberikan Allah SWT, akhirnya adik-adik Bapak (Paklik dan Bulik saya) bisa "mentas" dan jadi "orang". Bahkan salah satu adik laki-laki Bapak menjadi petinggi TNI.

Setelah hampir 40 tahun bekerja keras, Bapak menjalani masa purna tugas. Seharusnya ini menjadi masa beristirahat setelah sejak usia belia Bapak mengabdikan diri menjadi tulang punggung keluarga. Tapi apa mau dikata, ternyata di masa purna tugasnya ini Bapak terserang penyakit yang membuatnya lemah dan kehilangan semangat hidup.

Bapak adalah sosok yang sangat saya banggakan. Dengan segala cerita hidup yang membuat kehidupan saya lebih berwarna. Bapak adalah pahlawan dalam hidup saya. Akan saya lakukan yang terbaik untuk Bapak tercinta. Di hari ini, saya panjatkan doa ke hadirat Allah, memohon kesembuhan dan kesehatan untuk Bapak, memohon agar Allah selalu menjaga Bapak dalam lindungan-Nya. Selamat ulang tahun Bapak, selamat ulang tahun pahlawanku..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline