Karangkemojing, Gumelar -- Sampah menjadi suatu permasalahan yang sangat melekat di masyarakat. Namun, tingkat kesadaran dan pola pikir masyarakat terkait bagaimana mengelola sampah masih cukup memprihatinkan. Budaya malas serta hanya menginginkan hasil instan menjadi salah satu penyebab permasalahan sampah tidak pernah selesai. Tentu ini akan mengganggu keberlangsungan hidup manusia ke depannya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pola pikir masyarakat akan kebermanfaatan sampah jika dikelola dengan maksimal, Nungki Wijayanto mahasiswa KKN TIM II Universitas Diponegoro dari Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Desa Karangkemojing, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas merancang sebuah program kerja "Pembuatan Tempat Sampah Induk".
Berdasarkan pada program kerja berbasis SDG's nomor 3 yaitu hidup sehat dan sejahtera yang menjadi sasaran utama adalah masyarakat. Penanaman pola pikir dan inovasi sangat diperlukan guna menciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman. Pelaksanaan program yang memiliki timbal balik lebih besar tentu akan lebih mengundang kesadaran dan rasa empati dari masyarakat. Hal ini berkaca pada kondisi masyarakat di Desa Karangkemojing yang masih sering belum dapat mengolah sampah dengan baik, seperti halnya dengan membuang sampah disungai atau di selokan.
Oleh karenanya, pada Kamis (11/8/2022) KKN TIM II Universitas Diponegoro menyelenggarakan pembuatan tempat sampah induk dan edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah yang bersifat organik maupun anorganik. Dalam proses pembuatannya dimulai dengan hari sebelumnya mencari bahan utama yaitu tong yang kemudian di kasih kaki untuk penyangganya sekaligus di beri cat biru dan hitam guna membedakan organik dan anorganik.
Tempat sampah ini juga diberi lubang - lubang kecil di bagian bawahnya guna membuang air bagi sampah yang basah agar tidak mengendap di dalam tempat sampah tersebut. Sampah organik seperti buah -- buahan busuk dan sayuran dapat diolah menjadi pupuk kompos bagi tanaman warga maupun tanaman disekitarnya. Sedangkan sampah anorganik seperti contoh botol bekas, kaleng dll dapat didaur ulang menjadi kerajinan atau dijual per kilo kepada pengepul.
Mengingat di Desa Karangkemojing masih banyak orang yang mencari botol plastik bekas yang kemudian dikumpulkan menjadi satu karung penuh kemudian di jual ke pengepul dan menjadi suatu pemasukkan tiap dusun. Pemasangan tempat sampah induk di lakukan di 8 titik berbeda di Desa Karangkemojing. Dimana setiap dusun dipasang satu tempat sampah. Yang pada dasarnya pembuatan tempat sampah induk ini untuk mentriger atau sebagai pemicu untuk adanya tempat sampah induk lain agar semua masyarakat dapat mengelola sampahnya secara mudah.
Melalui program ini diharapkan dapat meminimalisir dan mengubah perilaku masyarakat Desa Karangkemojing agar lebih bijak dalam pengolahan sampahnya.
Mengingat sementara ini belum ada TPA (Tempat Pembuangan Akhir) untuk mengangkut sampah. Oleh karena itu dibutuhkan konsistensi dari para warganya dalam mengelola sampah secara bersama -- sama agar berdampak lebih positif bagi kehidupan masyarakat desa Karangkemojing. Hal ini bisa dilakukan dengan secara bergiliran tiap RT di dusun tersebut ataupun dengan melakukan kerja bakti bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H