Pagi ini ketika Saya menunggu pesanan kopi yang sedang dibuat oleh pramusaji di sebuah warung di pinggir jalan.
Saya tertarik dengan sebuah judul berita yang inti nya "guru harus mengembalikan tabungan siswa dengan dua cara".
Hati saya "jleb", ada apa lagi dengan dunia pendidikan kita, profesi guru yang harusnya digugu dan ditiru kembali menghadirkan sebuah polemik.
Terlebih polemik ini terkait dengan "uang tabungan siswa" yang menjadi amanah bagi pemegangnya.
Merefleksi kejadian tersebut, Saya jadi ingin berkisah tentang cara siswa menabung di sekolah kami.
Cara tersebut digunakan sekolah selain untuk menumbuhkan cinta menabung bagi siswa juga mengajarkan siswa tentang hidup "hemat" untuk masa depan.
Bukan dengan menabung konvensional dengan dititipkan kepada guru dan menjadi polemik tersebut.
Bukan, itu sangat riskan karena uang tabungan bisa digunakan atau dipakai, cara ini lebih aman dan hanya siswa yang bisa mengambilnya atas persetujuan orangtua dan sebaliknya.
Iya, sekolah kami bekerjasama dengan bank daerah untuk menjadi mitra dalam mengelola tabungan siswa, bukan malah koprasi.
Lalu bagaimana caranya?.