Lihat ke Halaman Asli

Nur Laili Rahmawati

Guru / Penulis

Dalam Diam Aku Tersipu #13

Diperbarui: 15 April 2022   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Maka tidak heran, bagi teman teman yang sudah mengetahuinya lebih suka langsung mencariku ke perpustakaan atau mkantin dari pada menghubungi lewat hp, karena akan lebih mudah menemukanku disana bila dibandingkan dengan menghubungiku melalui benda gepeng tersebut.

"Nay....."panggilnya. Suara panggilan darinya yang kerap aku rindukan.

Rasanya seperti melodi dipikiranku, memainkan irama yang membuat aku terhanyuat didalamnya.

"Maukah kamu memaafkanku...." Lanjutnya, membuyarkan lamunanku.

Kupandang sosok yang ada didepanku ini, ada luka dimanik matanya, ada gusar dari sikapnya. Ia yang biasanya selalu tenang kini terlihat menyimpan sejuta beban, namun seakan tak mampu untuk mengungkapkannya. Ingin rasanya kugenggam telapak tangannya dengan kuat, seperti dulu. Kembali bayang bayang masa lalu menari nari dihadapanku, saat aku lemah ia selalu berkata, "Tarik nafas dalam dalam, pejamkan matamu dan genggamlah tanganku, rasakan bahwa kamu tak pernah sendiri. Ada aku yang selalu menemanimu, yakinlah dengan kekuatan doa.....".

"Huft..... " tanpa sadar aku hembuskan nafasku dengan kasar, hingga kemudian aku menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menunggu jawabanku. Sosok yang selama ini selalu selalu menyembunyikan perasaan Sukanya kepadaku.

Ah, kuhela nafasku dalam dalam, mencoba memberi ruang agar oksigen semakin memenuhi paru paruku. Kutautkan kedua tanganku dibalik meja dan menggenggamnya dengan erat. Kucoba mengartikan sendiri definisi cinta, yang tak harus selalu bersama, yang tidak menuntut agar terbalaskan, yang menyimpan luka di palung hati terdalam. Mencoba tersenyum agar ia bahagia dengan pilihannya, tanpa rasa sesal, dan tanpa rasa bersalah. Agar dirinya dapat melangkah maju dengan sempurna, menyimpan masa lalunya dalam lubuk hatinya terdalam.

"Nay...." Panggilannya menyadarkanku dari lamunanku

Kutatap teduh matanya.....

"Mas, sebelum kamu memintanya aku sudah memaafkanmu.... " jawabku tegas, sembari tersenyum padanya.

"Butuh waktu memang, untuk  menyembuhkan luka yang terlanjur ada dihatiku, tapi aku yakin suatu saat aku akan bisa memandangmu dan mengatakan kalau aku baik baik saja..."  lanjutku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline