Kisah menyedihkan ini datang dari Chika (nama samaran), seorang mahasiswi dari Bandung yang menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh Faisal (nama samaran) seorang polisi di instansi jakarta, oknum polisi yang seharusnya menjunjung tinggi integritas. Bermula pada tahun 2022, hubungan asmara yang seharusnya dibangun dengan kepercayaan dan kasih sayang justru berubah menjadi trauma mendalam bagi Chika.
Semua bermula pada suatu malam di tahun 2022. Chika, yang memiliki hubungan asmara dengan Faisal, tidak pernah menyangka bahwa orang yang seharusnya ia percaya akan berbuat jahat padanya. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Saat ia terbangun dari ketidaksadarannya, Chika mendapati dirinya dalam keadaan tak berbusana, tubuh penuh luka, dan tanpa daya. Rasa sakit, takut, dan kebingungan menyelimuti dirinya, terlebih karena ia tidak pernah menduga Faisal akan melakukan hal sekeji itu.
Setelah beberapa minggu, Chika mulai mengalami gejala-gejala yang tidak biasa. Tubuhnya terasa lemas, ia kerap mual dan merasa tidak sehat. Dengan perasaan cemas, ia memutuskan untuk memeriksa kondisinya menggunakan test pack dan kenyataan pahit pun datang ia positif hamil. Dalam kondisi bingung dan merasa tak ada tempat berlindung, Chika berusaha menghubungi Faisal untuk meminta pertanggungjawaban. Namun, harapannya sia-sia. Faisal, yang seharusnya bertindak sebagai pelindung masyarakat, malah menolak untuk mengakui kesalahannya dan berusaha menghindar dari Chika.
Korban memperlihatkan hasil test pack positif sebagai bukti tambahan yang menguatkan tuduhannya terhadap oknum polisi tersebut. Bukti ini, yang merupakan simbol dari dampak langsung kejadian yang dialaminya, seakan menjadi titik balik dalam proses yang selama ini berjalan tanpa kejelasan.
Selama lebih dari setahun, Chika menjalani hidupnya dengan beban yang tak kunjung berakhir. Tidak ada bantuan atau dukungan yang datang dari Faisal. Setiap kali Chika mencoba meminta kepastian atau pertanggungjawaban, Faisal selalu mengabaikan permintaannya. Kejadian traumatis ini berangsur memengaruhi kesehatannya secara fisik maupun mental.
Pada bulan April 2024, trauma yang dialami Chika terulang kembali. Hubungan mereka yang sempat renggang ternyata masih membuka celah bagi Faisal untuk melakukan tindakan pelecehan serupa, dan Chika kembali mengalami kehamilan akibat kejadian tersebut. Dengan penuh harap, ia sekali lagi mencoba mencari keadilan. Ia melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwenang, bahkan mendatangi instansi tempat Faisal bekerja. Namun, hasilnya nihil. Laporan yang diajukan Chika tidak direspons, dengan alasan bukti yang dimilikinya dianggap belum cukup kuat oleh penegak hukum.
“Saya datangi langsung instansi dia bekerja di Jakarta, di dampingi kedua orang tua saya, tetapi pengajuan saya untuk bertemu pimpinan nya di tolak oleh propos disana” ujar chika.
Chika pun terpaksa menanggung semua kerugian ini sendirian. Tidak hanya secara emosional, dampak yang dialami Chika juga terasa pada kondisi finansialnya. Ketika Faisal menyarankan agar Chika mengakhiri kehamilannya, Faisal tak sekalipun membantu dari sisi finansial. Akhirnya, total biaya sebesar Rp10.000.000 untuk menggugurkan kandungan harus ditanggung sendiri oleh Chika. Keputusan yang berat ini kian memperparah kondisi emosional Chika. Ia mengalami depresi berat yang membuatnya terpaksa mundur dari perkuliahan. Keinginannya untuk menyelesaikan studi dan meraih masa depan yang lebih baik terkikis oleh trauma dan tekanan yang ia hadapi.
Dalam upaya terakhir untuk mencari keadilan, Chika memutuskan untuk menemui orang tua Faisal. Ia membawa bukti yang ia kumpulkan selama ini, berharap orang tua Faisal bisa menyadarkan anak mereka dan memberikan tanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Namun, upaya ini juga tidak membuahkan hasil. Kedua orang tua Faisal tidak memberikan respon yang diharapkan, dan Faisal tetap tidak menunjukkan itikad baik untuk bertanggung jawab.