Teriakan reformasi yang dulu menggema dihampir setiap pelosok tanah air, kini seakan mati suri. Reformasi yang diharapkan membawa perubahan signifikan pada wajah politik dan kepemimpinan negeri ini seakan tidak membawa dampak yang begitu nyata. Nyatanya reformasi yang dielu-elukan dan reformasi yang sangat dijunjung tinggi diawal perjuangannya hanya tinggal sebatas kenangan, reformasi yang terjadi hanya untuk menjatuhkan rezim sebelumnya dan membangun rezim baru untuk eksekutif dan legislatif selanjutnya.
Bagaimana tidak, tidak sedikit dari para politisi yang kini duduk di lembaga eksekutif dan legislatif dulunya berteriak lantang meneriakan reformasi, meneriakan pemberantasan terhadap korupsi yang dianggap mental kotor dari rezim sebelumnya, pada kenyataannya justeru terjerat masalah korupsi. Salahkah jika kita mempertanyakan keberhasilan reformasi yang dulu kita junjung tinggi?, salahkah jika mempertanyakan kemana teriakan-teriakan reformis yang dulu sangat ingin membawa perubahan?, toh kebanyakan mereka hanya terdiam saat koleganya tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi, entah itu terdiam karena miris atau terdiam karena takut terseret kedalam kasus yang terjadi, entahlah..hanya mereka yang tau.
Kini Indonesia pada umumnya, dan Jakarta pada khususnya digemparkan oleh kehadiran sosok seseorang yang berani mendobrak jeruji budaya kotor yang hampir mendarah daging dibanyak tubuh politisi di Indonesia, sosok yang berani mengeyampingkan egoisme kepentingan golongan demi kepentingan masyarakat dan negara, sosok yang berani menghantam siapa saja yang berani mengusik kepentingan negara dan masyarakat Jakarta. Sosok yang membuat hampir semua politisi yang memiliki kepentingan pribadi gerah, sosok yang membuat hampir semua pejabat dilingkungan Pemprov DKI yang memiliki kepentingan pribadi ketakutan.
Ahok, sosok yang tidak pernah takut akan tekanan demi menjaga kepentingan masyarakat dan negara, tidak pernah peduli dengan begitu banyak orang yang mencoba menjegalnya untuk terus maju memperjuangkan nasib bangsa. Ditengah terpaan puluhan fitnah, ditengah hantaman orang-orang yang merasa ahok sebagai bencana untuk kepentingan mereka, Beliau masih bertahan, karena beliau yakin kebenaran selalu menang.
Dan saat ini, kepemimpinan ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta mendapat hantaman-hantaman yang begitu keras dari berbagai politisi yang mengatas namakan rakyat, hantaman-hantaman ini sebenarnya hanya ingin meruntuhkan opini positif masyarakat terhadap ahok. Namun apa yang mereka lakukan justeru menjadi boomerang bagi politisi itu sendiri, karena masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat bodoh politik, bukan lah masyarakat yang gampang terprovokasi. Yang masyarakat Indonesia tahu adalah hantaman yang dilakukan politisi yang mengatasnamakan rakyat tersebut adalah hantaman rasa takut, hantaman untuk menjaga kelangsungan hidup partai dan hantaman untuk mengamankan kepentingan pribadi.
Kini Ahok bukan hanya sosok seorang Gubernur, tapi ahok juga adalah sosok rakyat Indonesia yang berani membela kebenaran, sosok yang berani mendobrak kesombongan politik Indonesia dan sosok yang berani berusaha untuk merubah mental Politisi Indonesia.
Maju Tak gentar, membela yang benar...
Maju serempak, pasti kita menang....
Reformasi.....reformasi sampai mati.......
Yel-yel diatas sepantasnya memang disandang oleh Ahok, sosok yang tidak pernah takut membawa perubahan untuk bangsa walau nyawa taruhannya, dan sepantasnya lah ahok Kita sebut “Refleksi Reformasi Indonesia”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H