Terima kasih telah hadir bagai kartika, meski lindap binarnya. Menjadikan niraksaraku bagai ranah, tak tersisa. Sekejap berubah seolah mahir berkata-kata.
Entah sampai berapa lama kita tetap mengungkung senyum. Selustrum? Atau jangan-jangan semilenium? Kita seharusnya diberi kehormatan karena kampiun meninggi gengsi. Mengapa kita bisa bebal begini?
Kita hanya sedang menjerat apa yang tak kasat. Kita hanya sedang mengikis apa yang sebetulnya telah habis. Kita hanya sedang mengusir paksa sesuatu yang telah mengangkasa.
Namun tak apa,
biarkan kita menjadi dua yang keras kepala,
jauh bagai lunar dan bentala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H