Terhitung hampir tiga tahun sudah kita hidup dalam bayang-bayang pagebluk di tanah air. Mirisnya, belum ada tanda-tanda kapan akan berakhir. Banyak hal yang dahulu sepertinya mustahil dilakukan namun kini malah menjadi aktivitas keseharian. Perubahan drastis terjadi, kita harus siap untuk beradaptasi.
Jangankan tidur nyenyak makan pun tak enak. Apalagi di tahun ketiga pandemi kasus varian Omricon meningkat drastis. Dikarenakan penularan mutasi virus ini terjadi secara cepat, akhirnya program pengetatan dan berbagai pembatasan pun kembali diberlakukan. Akhirnya lagi-lagi kegiatan daring menjadi solusi satu-satunya agar bisa tetap terhubung agar kegiatan terus berjalan.
Meski dari rumah bukan berarti jadi tidak produktif, hanya bisa duduk termenung meratapi nasib. Padahal dunia ini terus berotasi pada porosnya bukan? Hanya pertemuannya saja untuk sementara dihentikan tapi aktivitas seperti belajar, bekerja, dan beribadah masih bisa dilakukan.
Nah, kebutuhan akan internet pun jadi mutlak diperlukan. Jujur saya orang yang picky alias pemilih dalam memutuskan sesuatu. Tak ubahnya seperti membeli gawai baru, pilihan provider yang andal dan berkualitas turut menjadi pertimbangan. Ya maklum namanya manusia pasti selalu ingin memilih yang terbaik dari paling baik. Hehe
Apalagi urusannya menyangkut hajat hidup orang banyak di rumah alias kebutuhan internet seluruh keluarga. Tak boleh sembarangan dong? Harus mendukung aktivitas tanpa batas.
Oleh sebab itu, kita harus jadi pelanggan yang cerdas terutama dalam memilih provider terbaik. Jangan sampai termakan buaian dari iming-iming promo murah, tapi layanannya malah jauh dari ekspektasi. Itulah kenapa dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Misalnya saja seperti kecepatan dalam mengunduh (download) yang diperoleh, bisa lebih rendah dibandingkan paket yang dipilih saat berlangganan.
Berdasarkan data Indonesia Mean Speeds pada Desember 2021 yang dirilis Ookla, rata-rata kecepatan mengunggah (upload) di Indonesia mencapai 19,7 Mbps & mengunduh (download) hingga 30,7 Mbps, dengan rasio upload : download = 1 : 2. Dan untuk rata-rata latency-nya sebesar 17,0 ms.
Melengkapi hasil riset tersebut, Enciety Business Consult melakukan riset yang lebih mendalam terkait Quality of Service (QoS) provider fixed broadband melalui Direct Observation di 8 kota di Indonesia, meliputi Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar. Riset ini bertujuan untuk melakukan validasi dengan membandingkan realisasi performa download speed yang dirasakan pelanggan dengan kecepatan download yang dijanjikan provider.
Pengamatan secara langsung (Direct observation) dilakukan pada 9 provider, diantaranya IndiHome, Biznet, CBN, First Media, Iconnet, MNC Play, MyRepublic, Oxygen, dan XL Home. Dari pengamatan di delapan kota tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa 5 (lima) provider dengan rata-rata throughput performance paling baik yakni IndiHome (102%), diikuti MyRepublic (96%), CBN (84%), Oxygen (82%), dan Firstmedia (80%). Biznet menempati urutan terakhir dari dalam rata-rata throughput performance yaitu 33%.
Sedangkan di Jakarta, berdasar direct observation yang dirilis Enciety di awal Februari 2022 lalu, dari segi kecepatan download, Paket 85 Mbps Biznet, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download sebesar 30,2 Mbps dengan throughput 36%. Diikuti paket 50 Mbps MyRepublic pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 44,2 Mbps dengan throughput 88%. Sedangkan untuk IndiHome, dominan pelanggan masih berlangganan paket 20 Mbps ke bawah, dari situ pelanggan rata-rata kecepatan download 20,6 Mbps dengan throughput 103%.